MAKAM Luang Tunggal di Salamrejo, Sentolo, Kulonprogo, menyimpan misteri yang menarik untuk ditelusuri. Karena keberadaan makam ini ada kaitannya dengan Kerajaan Majapahit di Mojokerto Jawa Timur.
Ada beberapa cerita dari penggali kubur di Makam Luang Tunggal yang membuat bulu kuduk berdiri. Mengerikan. Salah seorang penggali kubur menceritakan, jika badannya nggregesi, sakit, atau tidak enak badan, saat menggali kubur, bisa dipastikan akan ada sesuatu di dalam kubur.
“Kalau saat mau menggali, badan badan nggregesi, biasanya di dalam kubur ada potongan organ tubuh manusia. Padahal tempat yang digali itu bukan bekas kuburan,” ujar Edy Cahyono, salah seorang penggali kubur di Makam Luang Tunggal, Senin 7 Juli 2025.
Edy bukan warga asli Salamrejo Sentolo, tetapi sudah beberapa tahun tinggal di Salamrejo. Rumahnya dekat dengan Makam Luang Tunggal. Dia ikut menggali kubur itu, karena rasa pedulinya terhadap harmonisnya kehidupan bermasyarakat di Salamrejo.
Sejarah Makam Luang Tunggal
Konon, di kompleks makam ini ada satu liang lahat yang diisi dua jasad. Kedua jasad ini, satu seorang kyai kharismatik dan satunya lagi kesatria yang ada keturunan dengan Brawijaya V. Satria tersebut pelarian dari Kerajaan Majapahit yang pusat kekuasaannya di Jawa Timur.
Berdasarkan penelusuran sejarah, Brawijaya V merupakan Raja terakhir Kerajaan Majapahit. Raja yang dikenal dengan nama Prabu Kertabumi itu menjalankan pemerintahan Majapahit pada tahun 1468 – 1478 Masehi. Pada saat itu, awal peralihan kekuasaan tradisi Hindu-Budha ke pengaruh Islam di Nusantara.
Prabu Brawijaya V tercatat sebagai raja yang mualaf. Maka masuk akal jika Kyai dan Ksatria, keturunan Brawijaya V, yang dimakamkan dalam satu liang itu, seperti yang dituturkan seorang penggali kubur di Salamrejo, sebagai penyebar agama Islam di Salamrejo Sentolo dan sekitarnya.
Makanya di Kompleks Makam Luang Tunggal ada bangunan masjid yang sampai sekarang masih dipakai sebagai tempat beribadah umat Islam di Salamrejo. Selain itu juga ada situs Watu Kodok yang berdasarkan cerita, merupakan tempat untuk berjemur sosok keturunan Brawijaya V, sambil membersihkan luka di kakinya.

Kondisi saat ini, Senin 7 Juli 2025, kompleks Makam Luang Tunggal terlihat megah. Bangunan kompleks makamnya seperti rumah mewah, tidak seperti makam yang bernuansa magis. Ciri bangunan Kerajaan Majapahit, dengan dinding bata, tidak terlihat di sini.
Untuk masuk ke jalan menuju makam, terdapat Gerbang yang cukup megah. Gerbang yang konon menghabiskan anggaran sekitar Rp 450 juta tampak kontras dengan bangunan rumah yang ada di sekitar pintu gerbang.
Semoga mewahnya makam Luang Tunggal membawa berkah dan membahagiakan masyarakat sekitar. Jangan makamnya saja yang megah dan mewah, tetapi rumah dan masyarakat di sekitarnya hidup dalam kemiskinan atau serba kekurangan. (Ono)








