Dee Lestari Berbagi Tips untuk Meningkatkan Kreativitas Penulis Pemula

Foto: Istimewa

MENGGUNAKAN teknik storytelling dalam menyusun karya tulis genre apapun ternyata sangat tepat untuk dipertimbangkan. Storytelling memiliki pemilihan gaya bahasa yang unik sehingga mampu meningkatkan minat para pembaca karena beberapa hal, seperti menggugah emosi, memudahkan pemahaman, dan membuat tulisan lebih menarik. Sedangkan bagi penulis dapat mengembangkan perbendaharaan kata hingga meningkatkan kreativitas.

Hal ini terungkap pada lokakarya penulisan dengan narasumber Dee Lestari bertema ‘The Power of Storytelling to Elevate Your Creativity in Any Medium’ yang berlangsung di ruang BRI Works, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UGM, Selasa (10/9). Lokakarya ini menjadi bagian dari rangkaian kegiatan Generasi Campus Roadshow, yang merupakan kolaborasi antara UGM, Grab, dan juga tim Narasi.

“Dengan storytelling, proses bercerita menjadi sangat penting karena dari proses inilah pesan dari penulis dapat sampai kepada pembaca,” ujar Dee menggugah semangat para peserta.

Dihadiri lebih dari 50 peserta, Dee langsung mengubah format lokakarya menjadi sesi diskusi agar peserta dapat menggali pertanyaan dari pengalamannya menjadi seorang penulis selama lebih dari 20 tahun. Selama kurang lebih satu jam, para peserta mengajukan banyak pertanyaan tidak hanya terbatas pada storytelling, tetapi semua hal yang berkaitan dengan penulisan.

Baca Juga:  Sebanyak 60 Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga KKN di Desa Sumberkerang

Salah satu peserta, Dona, mahasiswa asal FISIP menanyakan kiat agar konsisten dalam menulis. Dirinya merasa sangat kesulitan karena harus membagi waktu untuk mengerjakan tugas kuliah. Dee Lestari mengurai jawaban dengan membaginya menjadi dua poin, yaitu disiplin ide dan disiplin karya. Bagi Dee semua penulis harus percaya terhadap ide karena ide merupakan dasar untuk melangkah ketika menulis karya apapun, baik itu novel, buku, artikel jurnalistik ataupun skrip film. “Yang kedua adalah disiplin karya. Hargai waktu menulismu, ciptakan ritual dan hormati ritual itu even hanya 30 menit, jangan dicampur dengan mengerjakan hal lain,” pesannya.

Dee juga menanggapi pertanyaan terkait dengan kecemerlangan penulis yang bisa dilihat dari kalimat pertama hasil karyanya. Dee menjelaskan kesalahan banyak penulis pemula adalah membuang golden moment untuk bernarasi panjang di awal sehingga pembaca menjadi bosan. “Narasi ini ibarat mesin yang ajaib, jika sudah cemerlang di awal, seperti ada janji yang harus dituntaskan. Plot cerita itu bisa maju mundur, tidak harus selalu maju,” jelasnya penuh semangat.

Baca Juga:  Lurah Condongcatur Teken Kerjasama dengan STPMD “APMD” Yogyakarta

Dee juga memberikan tips agar karya seorang penulis tidak selalu monoton, salah satunya adalah dengan merubah point of view (POV). “Sebisa mungkin dihindari menggunakan ‘aku’ sebagai POV, bisa juga dengan mengganti gender tokoh utama, yang jelas harus bisa membuat lapisan antara diri dengan karakter yang kita buat,” tutur Dee yang sudah menelurkan banyak novel, kumpulan cerpen, buku non fiksi, dan juga skrip film.

Dee percaya bahwa jam terbang penulis berpengaruh terhadap kreativitas dan karya yang dihasilkan. Di awal membuat karya, penulis diharuskan memiliki figur konkret yang bisa dijadikan acuan dan itu bukan merupakan hal yang tabu. Dee beralasan karena proses belajar manusia dimulai dengan proses mengimitasi yang dengan seiring berjalannya waktu, penulis akan memiliki gaya penulisan sendiri. “Find your hero, imitate her/him, jangan pernah takut karyamu terdengar seperti orang lain, waktu yang akan membentuk your own voice,” ujar pengagum Sapardi Djoko Damono ini.

Sebelum menutup sesi diskusi, Dee menyemangati peserta untuk terus menulis hingga tujuan akhirnya adalah menyelesaikan draft pertama. Dari draft pertama yang ditujukan memang hanya untuk penulis, ada proses ‘fermentasi’ sebelum memasuki masa editing. Saat proses ‘fermentasi’ inilah penulis diwajibkan meluangkan waktu untuk membaca bab pertama, lalu paragraf pertama, hingga kalimat pertama karena ini merupakan pertaruhan cerita. Di akhir lokakarya, Dee Lestari juga memberikan salah satu rekomendasi buku yang harus dibaca jika peserta ingin berkecimpung di dunia penulisan terutama novel, yakni Save the cat! Writes a novel karya Jessica Brody. “Di buku ini, Brody memberikan beberapa tips dasar-dasar penulisan termasuk alur, karakterisasi, dan patterns of imagery. Layak untuk dibaca,” pungkasnya. (*)

Baca Juga:  Andi Setiadi, Wartawan Setia Kejujuran Berpulang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *