YOGYAKARTA – Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora (FISHUM) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta mengadakan konferensi internasional Annual International Conference on Social Science and Humanities (AICOSH) 2022 selama tiga hari. Mulai tanggal 15 hingga 17 September 2022, di Interaktif Center Fishum, UIN SUKA.
Konferensi internasional kali ini dilatarbelakangi situasi dunia yang sedang mengalami masa sulit imbas dari konflik Rusia dan Ukraina. Dengan latar belakang ini, Fishum UIN SUKA mengangkat tema, “Humanity in War and Conflict: Beyond Time and Space/Kemanusiaan dalam Perang dan Konflik: Lintas Waktu dan Ruang.”
Tujuan konferensi internasional ini untuk mempertemukan para peneliti dari berbagai negara dan disiplin ilmu. Sehingga mereka bisa menyebarluaskan hasil penelitian dan membahas signifikansi, pengaruh, serta kontribusi potensial Ilmu Sosial dan kemanusiaan dalam konflik dunia.
Sejumlah keynote speaker dari beberapa negara dengan ekspertis keilmuan dalam rumpun ilmu sosial akan hadir sebagai pembicara. Di antaranya, Dr Harris Shah Bin Abd Hamid dari Departement Psychology at University of Malaysia, Dr Oliver Pye dari Departement Sociology at University of Bonn Germany, Dr Yenal Gokusn dari Departement Communication at Marmara University Turkiye dan Brigjen Pol Dr Andry Wibowo SIK MSi, Kepala Badan Intelijen Negara Polda DIY.
Menurut Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN SUKA Yogyakarta, Dr Moh Sodik Msi, AICOSH tahun 2022 mengambil tema yang cukup menarik di tengah situasi konflik dan perang era modern. Kehadiran para akademisi sangat diharapkan untuk melihat, membaca, dan meneliti lalu menyikapi situasi sebagai sumbangsih bagi dunia.
“Kita punya komitmen untuk kemanusiaan yang kuat. Konferensi ini bertujuan bagaimana nanti visi misi tentang perdamaian menjadi praksis di kemudian hari. Juga menjadi tonggak perhatian untuk problem-problem kemanusiaan di tingkat dunia sehingga UIN Suka dan Fishum akan mendunia dalam basis perdamaian dan religiusitas,” jelas Dekan Fishum UIN SUKA Yogyakarta, Dr Moh Sodik Msi, Rabu 14 September 2021.
Peran akademisi di berbagai rumpun keilmuan sangat dibutuhkan untuk sumbangsih pemikiran, gagasan dan ide-ide tentang perdamaian, kemanusiaan, serta hak hidup seluruh umat manusia. Akademisi diharapkan mampu menjadi katalisator bagi ketegangan dan kebuntuan politik yang mengakibatkan konflik baik dalam skala lokal, regional, maupun global.
Sementara itu, dosen komunikasi Fishum UIN Jogja, Dr Bono Setyo yang merupakan salah satu pembicara dalam AICOSH 2022 menyampaikan, kata kunci konflik itu ada di perbedaan. Perbedaan bisa menjadi kekuatan, akan tetapi di sisi lain rentan menimbulkan konflik.
Menurutnya, konflik bisa datang dari mana saja, mulai di dalam berbangsa dan bernegara, perbedaan agama, aliran, politik, gender, hingga ekonomi. Misalnya, dulu kita tidak mengira bakal terjadi perang, nyatanya ada perang Rusia dan Ukraina.
“Kita sekarang juga ada krisis energi, BBM, kita tidak bisa menghindari itu. Sudah jatuh tertimpa tangga, sudah ada krisis, masih ada perang. Ini dilematis,” tukasnya. (*)