GUNUNGKIDUL – Generasi muda Gunungkidul antusias membuat olahan makanan berbahan baku singkong. Mereka yang didampingi ibu-ibu dari Sekolah Pagesangan Panggang memasak Berdopo, Kue Singkong Gulung, dan Tembro.
Para generasi muda itu terdiri dari anggota Komunitas Gunungkidul Menginspirasi dan Karang Taruna Bleberan. Selain itu juga ada ibu-ibu PKK Bleberan. Kegiatan memasak itu dalam rangkaian Workshop Pengolahan Pangan Lokal Nabati.
Workshop bertajuk Menyemai Kesadaran dan Kreativitas Generasi Muda Gunungkidul Melalui Pengolahan Singkong dilaksanakan Champion Generasi Mindful 2023 di Balai Desa Bleberan, Playen, Gunungkidul, Sabtu 16 September 2023.
“Workshop tersebut dilaksanakan sebagai langkah untuk memperkenalkan kembali kepada generasi muda dan masyarakat Gunungkidul terhadap olahan pangan lokal nabati terutama dari tanaman singkong,” jelas Mohammad Richi, perwakilan Champions Generasi Mindful.
Lebih lanjut Mohammad Richi, menjelaskan kegiatan ini dilaksanakan untuk menyadarkan kepada masyarakat Gunungkidul terutama generasi muda terhadap olahan yang berasal dari tanah sendiri salah satunya singkong. “Kami berharap kegiatan ini juga dapat menumbuhkan kreativitas peserta terhadap olahan berbahan singkong melalui inovasi yang dihasilkan oleh peserta workshop,” tuturnya saat memberikan sambutan.
Pelatihan ini diikuti oleh 21 peserta, terdiri dari 16 peserta dari Komunitas Gunungkidul Menginspirasi, 3 dari Karang Taruna Bleberan, dan sisanya dari perwakilan ibu-ibu PKK Bleberan. Acara yang berisi masak-masak olahan singkong itu didampingi oleh ibu-ibu dari Sekolah Pagesangan yang berasal dari Panggang.
Pada kesempatan tersebut, Ibu-ibu dari Sekolah Pagesangan Panggang, mendampingi peserta untuk memasak olahan berbahan singkong seperti Berdopo, Kue Singkong Gulung, dan Tembro.
Antusias peserta yang tinggi mendapatkan respon baik dari pihak Sekolah Pagesangan. “Setelah mendampingi peserta workshop hari ini, antusias mereka sangat tinggi sehingga menghasilkan olahan yang lebih kekinian dengan beragam warna yang disajikan,” ucap Murni, salah satu perwakilan dari Sekolah Pagesangan, di akhir kegiatan workshop.
Pengenalan pangan lokal nabati ini pada akhirnya tidak hanya berhenti pada kegiatan workshop saja. Akan tetapi, setelah kegiatan ini selesai maka peserta dapat melakukan berbagai kegiatan yang bisa memperkenalkan ke masyarakat luas melalui konten-konten yang akan mereka buat salah satunya memasak ulang resep yang sudah ada atau sudah ada tapi belum dikenal oleh masyarakat luas maupun memasak resep yang baru.
Sehingga pada akhirnya, keragaman olahan pangan lokal nabati bisa tetap lestari di tengah-tengah masyarakat yang kini lebih suka mengonsumsi makanan luar negeri. (Iskandar)