KEBUMEN – Jiwa Kartini memang terlihat pada sosok Isnaeni Hidayah. Wanita muda berusia 23 tahun ini sehari-hari membantu orangtua menjadi tukang traktor di sawah, di wilayah Tambakagung, Klirong, Kebumen. “Kebiasaan ini (mentraktor) sudah saya jalani hampir dua tahun,” kata Isnaeni Hidayah atau biasa disapa Iis kepada Wiradesa.co, Kamis, 22 April 2021.
Ditemui di sawah ketika sedang mentraktor, dia menceritakan awal mula dirinya turun ke sawah mengendalikan bajak mesin pengganti alat bajak tenaga kerbau di masa lalu. Sebelum membantu mengoperasikan traktor, ia bekerja di salah satu swalayan yang ada di Dorowati. “Di swalayan berhenti. Nah tahun kemarin kebetulan tangan bapak keseleo. Akhirnya, saya berinisiatif untuk membantu menggantikan bapak menjalankan traktor, dan ternyata terus berlanjut,” tuturnya.
Pertama kali diajari mentraktor pada langkah pertama, menjalankan mesin traktor hanya dengan arah lurus atau lajur. “Lajur itu lurus searah tidak belok-belok,” ucapnya. Setelah berjalan satu tahun, dia diajari kembali untuk tahapan kedua. Kali ini sudah mulai terbiasa menjalankan mesin traktor. Untuk langkah kedua arahnya lajur, tenun (menikung) dan lajur kembali.
Meski sedang berpuasa, Iis mengaku tetap kuat. Sehari-hari wanita tangguh ini berangkat pukul 05.30 pagi. Bekerja hingga siang sampai pukul 11.00. Sore baru pulang ketika waktu salat Asar telah tiba.

Iis mengaku tak mentraktor seorang diri tetapi biasanya berangkat bareng sama bapak. Kebetulan siang itu bapaknya sedang takziah sehingga dia mulai mentraktor sendiri terlebih dahulu.
Putri dari Uji Wardoyo dan Yasiah ini menuturkan hal yang melatari mengapa ia mengambil pekerjaan yang tak lumrah dijalani kaum perempuan. Tak lain, lantaran ketidaktegaannya melihat bapaknya terlalu lelah kala mengoperasikan traktor. “Saya tidak tega apabila melihat orangtua terlalu capek. Jadi apapun itu akan saya lakukan demi membantu orangtua,” imbuhnya.
Untuk sistem bayaran, dia tidak meminta apa-apa. Semuanya diberikan kepada orangtua. Besaran upah mentraktor sawah di Desa Tambakagung, setiap 100 ubin sekitar Rp 130 ribu.
Suka duka dikisahkan Iis. Kondisi air dan tanah sangat mempengaruhi tingkat kesulitan menjalankan traktor. Kalau airnya banyak, ujarnya, sawah lebih enak untuk ditraktor. Sedangkan kalau airnya sedikit, pekerjaan Iis akan lebih berat sebab tanah lebih susah hancur. Untuk mengencangkan badan agar lebih kokoh, Iis memakai sabuk pengikat di pinggangnya. Selain agar badan lebih kokoh, pemasangan sabuk bertujuan agar badannya tak terlalu sakit.
Selain terik panas matahari tantangan lain yang tak jarang dialami, kakinya terkena cocokan keong. Menghadapi itu semua, ia tetap berusaha tangguh menghadapi. “Panas matahari, hujan, kecocok keong sudah jadi risiko jadi tak terlalu khawatir,” pungkasnya. (Nur Anggraeni)