YOGYAKARTA – Berjualan Es Dawet Ayu Asli Banjarnegara, merupakan rutinitas Hendriyono setiap pagi sampai sore. Dari menjual minuman itu, laki-laki asal Banjarnegara tersebut bisa menghidupi anak istrinya dan menyekolahkannya hingga perguruan tinggi, di salah satu kampus swasta di Yogyakarta.
Bagi Hendri, es dawet mempunyai keuntungan besar, dan cukup mudah membuatnya. Sebab itulah sampai saat ini dia menjualnya. Untuk satu gelas dawet Hendri menjualnya seharga Rp 5.000. Setiap harinya dia bisa mengahabiskan di atas 150 gelas es dawet.
“Saya bukanya setiap pagi, jam sembilan sampe jam lima sore. Untuk penjualan tiap harinya tidak nentu, tapi sekitar seratus lima puluh gelas lebih,” kata Hendriyono, saat ditemui Wiradesa.Co, di Jl. Kusbini, Kelurahan Klitren, Kecamatan Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa 16 Februari 2021.
Karena ramainya pembeli tersebut, Hendri setiap bulannya bisa meraup keuntungan hingga lima juta rupiah. Pendapatan tersebut cukup baginya untuk menyejahterakan keluarganya.
Laki-laki asal Banjarnegara tersebut, berjualan Es Dawet Ayu Asli Banjarnegara sudah puluhan tahun. Ia berjualan sejak 1996 di Jakarta. Kemudian pada saat krisis moneter terjadi di Indonesia, akhirnya dia bekerja lain.

Pada 2002, Hendri merantau ke Yogyakarta, dan kembali berjualan Es Dawet khas kampung halamannya. Dia menjajakan jualannya keliling perumahan. Baru pada 2004, dia menemukan tempat di bawah pohon rindang di Jl. Kenari tersebut, hingga saat ini.
“Awalnya saya di Jakarta jualan dawet. Karena krisis moneter dulu, akhirnya coba cari kerjaan lainnya. Kemudian berangkat ke Jogja pada dua ribu dua jualan dawet lagi sambil keliling. Kalau di sini (Jl. Kenari) saya sejak dua ribu empat,” kata Hendri.
Untuk mempermudah pelanggan dan orang yang ingin menyicipi es dawet buatannya, Hendri mendaftarkan usahanya tersebut di Grabfood. (Syarifuddin).