BANTUL – Di tengah keterbatasan, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kelompok Bermain (KB) Indah Sari Padukuhan Dayu RT 03 Gadingsari, Sanden terus melangkah. Pengelola berupaya terus menjadikan KB Indah Sari sebagai tempat yang nyaman dan menyenangkan bagi anak-anak usia 3-4 tahun yang diamanahkan para orangtua untuk belajar sembari bermain, bernyanyi riang gembira.
“KB Indah Sari berdiri sejak 2006, dikelola ibu-ibu kader pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK). Awal berdiri pada 2006 setelah gempa, muridnya banyak. Mencapai 30 anak dengan tiga orang sebagai pendidik. Saat ini murid ada 17 dan tenaga pendidik dua orang,” ungkap Mulyani, penggagas sekaligus tenaga pendidik KB Indah Sari kepada wiradesa.co, Minggu 7 Agustus 2022.
Dulu, kata Mulyani, tiap padukuhan disarankan punya KB namun tak semua mampu. Lantaran sejumlah persyaratan administrasi mesti dipenuhi. Mulyani menuturkan, gedung KB Indah Sari saat ini masih menempati bagian depan rumah Dukuh Dayu Suyanta. Meja dan kursi tempat anak-anak sehari-hari belajar, berasal dari pemberian kursi dan meja bekas SD.
“Kebutuhan saat ini di antaranya ketersediaan meja dan kursi yang baru. Jumlahnya sekitar 20 meja kursi buat belajar. Selagi belum bisa beli baru masih menggunakan meja kursi lama yang bekas SD itu,” imbuhnya sembari menerangkan keterbatasan pemilikan alat permainan edukatif (APE) luar juga masih dirasakan.
Tetapi meski menghadapi keterbatasan, Mulyani mengatakan, dirinya tetap bersemangat. Prinsipnya asal masih sama-sama jalan. Bersyukur, Biaya Operasional Penyelenggaraan (BOP) PAUD bisa didapat. Dana BOP misalnya diperuntukkan untuk alat tulis kantor (ATK) dan pengadaan alat permainan edukatif. Keperluan operasional KB ditopang dari SPP. Tiap anak dikenakan SPP Rp 30 ribu sebulan. “Bagi pendidik ada sedikit uang lelah dari padukuhan Rp 50 ribu sebulan dan menerima insentif triwulanan. Kini pendidik ditambah lagi satu, guru Taman Pendidikan Alquran (TPA), khusus mengajari anak mengenal huruf hijaiyah dan doa-doa harian,” ujarnya.
Diterangkan pendidik lainnya, Tining Hartami, alat permainan edukatif (APE) luar dan dalam tersedia. APE luar yang tersedia seperti papan titian, jungkat-jungkit, kereta goyang dan kapal goyang. “APE luar terbatas pada itu. Yang belum kami punya misalnya prosotan, ayunan, mangkok putar. Semoga kebutuhan APE luar dapat lekas terpenuhi sebab bila APE luar semakin lengkap tentu akan sangat bermakna sekali bagi anak-anak. Karena saat-saat berada di KB, kebutuhan bermain bisa benar-benar terpenuhi ditunjang APE yang memadai dan mencukupi. Oleh karena itu, kami tak menutup diri dari uluran tangan berbagai pihak yang peduli kepada KB dan kepada anak-anak,” imbuh Tining.
Di KB Indah Sari, anak-anak terlihat riang. Mereka menyanyi lagu-lagu anak-anak seperti Naik Kereta Api, Naik ke Puncak Gunung, juga lagu ‘kebangsaan’ Aku Anak PAUD. Doa-doa harian pendek juga diperkenalkan. Arven, Pasola, dua murid berusia 4 tahun misalnya telah mahir menyanyikan lagu Garuda Pancasila. Mereka juga bisa melafalkan doa mau makan, doa sehabis makan, doa bagi kedua orangtua.
Dengan apa yang dicapai anak-anak, wali murid Muryatmi dan Tri Suyanti, orangtua Pasola dan Arven ikut berbangga. Mereka menilai perkembangan kecerdasan anak meningkat. “Anak mau ikut KB atas permintaan sendiri. Kebetulan kakaknya sudah SMP. Tiap pagi minta sekolah seperti kakaknya. Akhirnya diikutkan di KB Indah Sari dan kerasan. Tidak nangis walaupun sekolah tak ditemani orangtua,” ujar Muryatmi yang sehari-hari bekerja sebagai ibu rumah tangga. Ami-sapaan Muryatmi mengatakan, jadwal KB Indah Sari Senin sampai dengan Kamis pukul 08.00-10.00. Di KB selain membayar SPP sebesar Rp 30 ribu setiap bulan, anak-anak berkesempatan pula ikut belajar menabung untuk keperluan acara rekreasi bersama.
Mengasuh dan mengajak bermain anak-anak, diakui Mulyani sebagai panggilan hati. Ia mengungkapkan, anak-anak yang dititipkan para orangtua diasuh dan ditemani bermain seperti halnya anak sendiri. “Anak-anak termasuk anteng. Senang bermain. Hampir tak pernah ada yang ribut berantem saling rebutan mainan. Kebanyakan begitu diantar ke KB orangtua langsung pulang. Hanya satu dua anak yang masih minta ditemani orangtua,” tuturnya. (Sukron)