KULONPROGO-Memandangi gugusan Pegunungan Menoreh sembari menyantap bakso di Bakso Djoewara paling nyaman dengan duduk di gazebo. Gunung di kejauhan, terhubung hamparan hijau sawah yang mulai merunduk bulir padinya.
“Menjadi tag line di sini, menikmati bakso dengan view terbaik. Di kejauhan padi menguning sudah mulai panen. Sedangkan di ujung sini masih menghijau,” ucap Suprapto, owner Bakso Djoewara yang berlokasi di Padukuhan Kenteng, Kalurahan Kembang, Kapanewon Nanggulan.
Suprapto menyebut nama-nama gunung di bagian barat. Diantaranya Gunung Mujil, Perahu dan Moyeng yang masuk wilayah Girimulyo.
Di lokasi itu, Suprapto yang juga penasihat di Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Berkarya Kalurahan Kembang menuturkan tersedia tiga gazebo. “Lokasi jadi satu di Taman Kuliner Kembang Langit yang dikelola BUMdes Kusuma menjadi semacam foodcourt. Selain bakso ada mie ayam dan bebakaran. Baru buka sekitar satu bulan,” ujar Suprapto Minggu 21 Januari 2024.
Warung bakso Djoewara jadi proyek awal sebelum pihak BUMDes menggandeng banyak outlet. Untuk menu bakso tersedia bakso sapi, bakso urat dan bakso merapi. Untuk menghasilkan kuah yang sedap, Suprapto sedikit membuka rahasia. “Kaldu diperbanyak sekengkel tulang sapi,” terangnya.
Bakso sapi yang dibanderol Rp 14 ribu memang rasanya sedap. Kuahnya tak pekat namun gurih. Baksonya tak terlalu besar namun daging sapinya terasa.
“Tentang resep belajar dari teman asal Pacitan. Bisa dibilang bakso 100 persen daging sapi,” jelasnya sembari menambahkan, pembeli yang mampir ke outletnya banyak dari para wisatawan yang melewati jalur Kenteng-Girimulyo. Sedangkan bagi anak muda kebanyakan memilih menu mie ayam. (Sukron)