Menyandang Predikat Haji Mestinya Bisa Menjadi Teladan

Kajian rutin Ahad Pagi (Foto: Wiradesa)

SLEMAN – Kajian rutin Ahad Pagi kerjasama takmir Masjid Agung Dr Wahidin Sudirohusodo Sleman dan Pengurus Daerah Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Sleman yang digelar Minggu 5 Juni 2022 menghadirkan penceramah KH Nur Jamil. Kegiatan yang rutin dilaksanakan setiap Ahad pagi diawali dengan tadarus Alquran.

“Walau hanya beberapa ayat namun dibaca berulang sehingga lebih fasih cara membaca dan mengerti isi kandungan Alquran yang dibaca. Jamaah bisa mengikuti bacaannya sekaligus membaca terjemahannya,” kata Ketua PD IPHI Kabupaten Sleman KH Noor Hamid MPdI dalam sambutannya.

Noor Hamid menyampaikan kajian tiap Ahad pagi rutin dilaksanakan, kerjasama antara Masjid Agung Kabupaten Sleman dengan PD IPHI Sleman. Para peserta, lanjutnya, siapa saja yang mau mencari ilmu, diperbolehkan mengikuti. Baik sudah haji, calon jamaah haji dan juga yang belum haji.

“Jamaah umum dipersilahkan datang tepat waktu sesuai jadwal kajian walau belum haji boleh mengikuti,” tambahnya sambil mendoakan agar para jamaah yang belum mampu berhaji nantinya bisa mencapai cita-cita menunaikan rukun lslam yang kelima.

Baca Juga:  Mudahkan Pendaftaran Haji, Kankemenag Kulonprogo Launching ’Jempol Darmaji

KH Nur Jamil dalam kajiannya menyoroti polah tingkah guna menjaga predikat haji seseorang. Menurutnya, predikat haji yang sangat mulia mesti dirasakan karena itu para haji harus menjaga kemabruran hajinya. “IPHI bahkan punya visi haji mabrur sepanjang hayat. Itu artinya sejak niat haji, mulai berangkat sampai pulang haji, kemabruran haji mesti dipertahankan,” harapnya.

Ia kemudian memberi contoh salat jamaah di masjid. Mestinya Pak Haji dan Bu Hajah memberi contoh dan teladan agar senantiasa menjalankan salat jamaah di masjid.

“Predikat haji harus betul-betul dijaga. Karena penyandangnya mestinya mampu menjadi panutan dan teladan di tengah masyarakat,” ucap Nur Jamil sembari menegaskan kembali bahwa seorang haji harus mengamalkan pitutur luhur yang baik tidak boleh takabur dan sombong agar bisa menjadi panutan atau teladan. Kalau para haji sudah bisa menjadi teladan maka tanda hajinya berhasil atau haji mabrur. Haji mabrur menjadi harapan para jamaah haji. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *