Misteri di Balik Kali Gumelem

Rusinah, warga RT 2 RW 5 Susukan, Kali Gumelem (Foto: Wiradesa)

BANJARNEGARA – Kali Gumelem yang membelah wilayah Banjarnegara, Jawa Tengah, menyimpan daya magis. Ada cerita misteri di balik sungai yang dulu sering menelan korban anak jatuh ke sungai.

Aliran Kali Gumelem terbilang punya daya tarik keindahan. Air jernih mengalir, bersih dari sampah, pepohonan menghijau di sekitar sungai seperti terlihat di Desa Susukan, Kecamatan Susukan, Kabupaten Banjarnegara.

Keelokan Kali Gumelem di Susukan berpadu dengan hijaunya hamparan sawah, ditambah udara sejuk khas pedesaan. Nama Kali Gumelem sudah sejak dahulu. Menurut Rusinah, warga RT 2 RW 5 Susukan, Kali Gumelem berada di bawah kaki Gunung Wuluh / Gunung Pingit. Dalam aliran kali tersebut terdapat tuk atau mata air.

‘’Tuk ialah mata air. Adanya tuk membuat aliran sungai tetap jernih sepanjang waktu. Kali Gumelem terbilang jarang keruh,” ucap Rusinah kepada wiradesa.co Rabu (06/01/2021). Selain itu, terdapat pula tuk sumber air hangat mengandung belerang.

“Air hangat (air anget) sering dipakai oleh masyarakat untuk mengobati penyakit gatal dan penyakit kulit lainnya,” kata Rusinah. Banyak orang yang mengaku sembuh dari sakit kulit setelah diterapi menggunakan air tersebut.

Baca Juga:  Warga Dampak-Sadang Syukuran Renovasi Makam
Air Kali Gumelem jernih mengalir, bersih dari sampah, dan pepohonan tumbuh menghijau (Foto: Wiradesa)

Di wilayah Banjarnegara Kali Gumelem berbatasan langsung dengan Kali Serayu. Kebersihan dan kejernihan air sungai didukung perilaku warga  Susukan yang sangat menjaga kebersihan Kali Gumelem. Warga setempat berusaha tak membuang sampah ke kali. Sehari-hari, air Sungai Gumelem dimanfaatkan masyarakat untuk mencuci baju. Air sungai dimanfaatkan pula untuk saluran irigasi ke sawah-sawah.

Adanya pintu air (slis) digunakan oleh masyarakat untuk mengalirkan air ke sawah. Sistem pengairan sawah bahkan bisa tetap terjaga meski di musim kering. Jernihnya air Kali Gumelem terkadang dimanfaatkan untuk kegiatan edukasi mengenal alam oleh siswa SDIT yang berada di wilayah itu. Terkadang mereka diajak oleh gurunya untuk rihlah berjalan melewati Kali Gumelem yang airnya jernih. Siswa-siswi sangat antusias mengikuti kegiatan susur sungai bersama.

Akan tetapi, di balik keindahan Kali Gumelem pada masa lalu sebelum adanya jembatan, sering terjadi peristiwa kecelakaan seperti anak-anak yang terjatuh ke sungai. Uniknya, pada saat anak-anak sekolah terjatuh kemudian ditolong oleh warga yang tengah berada di sungai maka si anak itu harus mengakui yang menolongnya itu sebagai orang tua dan berusaha membalas budi baiknya. “Kamu pernah ditolong oleh dia. Kamu harus hormat kepada dia. Jangan lupa buat syukuran sebagai rasa syukur karena kamu selamat,” kata Rusinah mengisahkan.

Baca Juga:  Digelar Saat Pandemi, Dieng Culture Festival Digelar Secara Hybrid

Tradisi yang ada di wilayah setempat, anak yang mengalami kecelakaan di sungai dan selamat, maka si anak mesti mengganti nama dengan nama lain. Akan tetapi, nama di kartu keluarga tetap. “Nama baru hanya digunakan untuk anak ketika berkunjung ke rumah orang yang sudah menolongnya,” tutur Rusinah. (Nur Anggraeni)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *