KULONPROGO – Berani memulai, penting dalam berwirausaha. Setelah berinisiatif untuk memulai, sembari berproses, mesti banyak belajar.
Waspodo, produsen kaos dan sablonan mengatakan, awal buka usaha ia tak tahu-menahu perihal teknik menyablon. Begitu pula dengan desain kaos dan sablonan, Waspodo tak menguasai.
“Awalnya memang belum tahu. Minat bikin kaos karena merasa kayaknya di situ ada prospek. Kebetulan ketemu teman yang pernah berkecimpung di sablonan,” kata Waspodo, Minggu 19 Februari 2023.
Pada 2010 warga Karangwetan RT 18 Salamrejo Sentolo, mulai buka usaha. Modal awal hanya Rp 500 ribu. Pesanan tidak banyak. “Bisa dapat order 10-15 kaos dalam seminggu sudah senang,” imbuhnya.
Waspodo menuturkan, modal Rp 500 ribu dibelikan screen dan untuk bikin brosur penawaran jasa sablon. Disebar ke sekolah-sekolah. Tetapi sebaran brosur tak langsung nyantol dapat order. Ia justru dapat pesanan desain kaos grup musik dari promo online.
Saking sepinya order, beberapa rekan yang jadi mitra keluar dari kerjasama satu persatu. “Dulu perkembangan memang sangat lamban. Sampai-sampai teman yang bermitra bosan dan menganggap tak ada prospek,” ucap Waspodo yang kini mengelola sendiri usahanya.
Omzet pesanan diakui mulai meningkat bertahap. Di awal tahun ini, ia mengerjakan cukup banyak pesanan, mengerjakan 150-an jaket. Berikutnya mengerjakan pesanan kaos polo, oblong serta seragam korsa salah satu SMK di Kulonprogo.
Sehari-hari Waspodo dibantu istri Laila Trisna Putri yang memotong kain dan menyablon baru kemudian potongan kain masuk ke penjahit langganan.
“Dari tak bisa apa-apa, terus belajar. Dulu afdruk saja gagal. Meski kerap gagal tetap belajar mendesain, memotong, menyablon. Dari belajar kini sudah mantap di usaha dan sablon, kaos dan konveksi,” pungkasnya. (Sukron)