Mohamad Mokhtar: PAD Rengel Naik Signifikan

Mohamad Mokhtar, depan sebelah kiri, momen saat seleksi penerimaan staf desa, 2021 (Foto: Arsip Desa Rengel)

TUBAN – Pesona Desa Rengel sangat beragam. Mulai dari keberadaan Goa Ngerong yang selain dikenal sebagai destinasi wisata yang menyimpan kisah legenda serta cerita mistis, sumber mata airnya juga bisa membantu pengairan sawah-sawah warga. Selain itu, tanahnya mengandung batu kapur yang dilindungi desa agar tak dikeruk oleh perusahaan mana pun, demi keberlangsungan ekosistem yang ada.

Lahir dan dibesarkan di Desa Rengel, Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban, Mohamad Mokhtar mengukir perjalanan hidupnya menjadi kepala desa di wilayah tersebut. Saat ditemui di kantor desa, Mohamad Mokhtar (60), dengan senang hati dan pintu terbuka meluangkan waktu di tengah kesibukannya pada jam kerja.

Diakui keberhasilannya memimpin Desa Rengel menjadi lebih baik dari sebelumnya, selama menjadi kepala desa (kades), Mokhtar dikenal sebagai sosok penggerak kemajuan pemerintahan Desa Rengel.

Sebelum Menjadi Kades

Sebelum menjadi kades, Mokhtar pernah menjadi pegawai dan juga kontraktor. Lalu, suatu ketika memutuskan mengambil kursus potong rambut di Semarang. Dan kemudian, ia bekerja sebagai tukang potong rambut.

Menikah dengan perempuan sedesa yang kini jadi istrinya, membuat Mokhtar beralih ke usaha baru, jual beli motor. Di samping itu, ia dan sang istri juga membudidayakan sarang burung walet. Namun saat ini, produktivitas sarang burung walet mereka mengalami penurunan cukup drastis, terutama semenjak adanya pandemi Covid-19.

Semasa masih muda, bapak dari tiga anak ini memiliki hobi bermain bola voli. Hobinya itu membawa Mokhtar ke beberapa kompetisi di tingkat Kabupeten Tuban. Sedangkan saat ini, Mokhtar lebih suka merawat tanaman bonsai yang terkadang diikutsertakan lomba. Juga, ia merawat burung kicau di kediamannya yang ada di Desa Rengel.

Selain itu, Mokhtar juga kerap dipilih menjadi ketua komite di sekolah anak-anaknya. Serta, Mokhtar pernah turut serta dalam gerakan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Timur. Sehingga, kepekaan dan rasa pedulinya dengan isu lingkungan juga tak kalah menarik.

Mokhtar mengaku, dirinya pernah menjadi ketua bidang kebanseran di Anshor Tuban semasa pemerintahan Gus Dur sebagai presiden. Dari situlah, jiwa kepemimpinannya mulai terasah. Namun, tepat 2011, Mokhtar mengundurkan diri dari Anshor dan memilih untuk fokus pada tanggung jawabnya sebagai kades.

Motivasi Mencalonkan Menjadi Kades

Tentu, batu sandung turut menemani perjalanan Mokhtar. Meski begitu, Mokhtar merasa ada banyak pengalaman baik yang menjadi pemicu semangatnya untuk terus bergerak. Sedangkan, pengalaman buruk merupakan pelajaran untuk menatap ke depan. “Semuanya, pasti ada senang dan sedihnya. Ya, wajar,” sambung Mokhtar.

Mokhtar mengaku belum pernah turut serta dalam pemilihan kepala desa (pilkades). Berangkat dari kesadaran dari hati nurani, tepat 2017, Mokhtar memberanikan diri menjadi salah satu calon di pilkades Rengel. Sebab tak ingin ada pihak yang mengintervensi perjalanan nantinya, Mokhtar memilih independen, tanpa dorongan dari pihak mana pun selain dukungan dari keluarga.

Baca Juga:  Mandirikan Desa

Pertama kali ikut serta pemilihan kades, Mokhtar berhadapan dengan 3 calon lain. Meski pertama kali mencalonakan menjadi kades, tak disangka, Mokhtar terpilih di masa jabatan 2007-2013. Ketika diadakan pemilihan kades di periode selanjutnya, Mokhtar kembali mencalonkan diri. Dan lagi-lagi, ia kembali terpilih. Namun nahas, di masa itu, ia tak dilantik.

Potret Mohamad Mokhtar dengan sang istri (Foto: Arsip Desa Rengel)

Dikatakan, karena munculnya beragam intervensi dari luar, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) saat itu telat mengesahkan hasil pilkades sebab melebihi batas maksimal. Sehingga, BPD pun digugat dua calon lainnya di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN), dan kalah. “Yang jelas, nggak ada hubungannya dengan saya,” jelas Mokhtar.

Di masa itu, 2014-2016, terhitung selama 3 tahun, kursi jabatan kades mengalami kekosongan sementara waktu. Alhasil, selama tiga tahun berturut-turut, diisi oleh pj maupun plt, baik dari desa maupun kecamatan.

Selama 3 tahun tersebut, dikatakan kalau sistem pemerintahan Desa Rengel terlihat tak serapi saat Mokhtar menjabat sebagai kades. Dari perangkat pun, kembali tak disiplin. Jam kerja dan pulang kantor kembali tak beraturan. Pun, di antara 4 calon yang terdaftar sebagai calon kepala desa saat pilkades kembali digelar pada akhir 2016, Mokhtar kembali terpilih dan masih menjabat hingga saat ini.

Terobosan Selama Menjadi Kepala Desa

Dilihatnya, Desa Rengel memiliki banyak potensi. Tak terkecuali dari segi perekonomian. Hal itulah yang membuat Mokhtar yakin, jika segala apa yang ada di desa bila diupayakan seoptimal mungkin, bukan hal musthail membawa Rengel menjadi lebih baik dan mandiri.

Diakui Mokhtar, dari dulu Desa Rengel memiliki Pendapatn Asli Desa (PAD) banyak. Mulai dari pasar, Goa Ngerong, dan lainnya. Namun, disayangkan minimnya pembangunan fasilitas desa. “Pembangunan balai desa ini, saya menjabat 2007-2013, semua selesai dan lingkungan pun cukup tertata rapi. Dan Alhamdulillah, kita bisa mewujudkan itu,” kenang Mokhtar.

Rengel sedari 1982 suah memiliki pasar desa. Sebelum Mokhtar yang menjabat, penghasilan bersih pasar desa masih berkisar Rp 13 juta. Usai dikelola di masa kepemimpinan Mokhtar, pemasukan pasar desa menjadi meningkat. Tahun pertama bisa mencapai Rp 31 juta dan naik setiap tahun. Di periode kedua mulai 2017 hingga sebelum pandemi, penghasilan bersih mencapai Rp 60 juta/bulannya.

Sama halnya Goa Ngerong yang sudah menjadi wisata desa sedari 1990. Namun, mulai terkelola secara rapi pada 2007, awal Mokhtar menjadi kepala desa. Penghasilan tertinggi Ngerong bisa Rp 110 juta/tahun di masa sebelum pandemi.

Selain pasar desa dan Goa Ngerong, juga ada Gedung Baktya Graha yang dikelola pada 1995 dan semakin berkembang. Kemudian lelang tanah khas desa yang baru ada di masa Mokhtar, tepatnya 2007, yang bisa menambah Pendapatan Asli Desa (PAD) hingga Rp 120 juta/tahun. Lalu, Kolam Renang Tirto Asri mulai 2019. Sedangkan untuk Stadion Watu Bulus, masih dalam tahap renovasi yang juga merupakan PAD Rengel.

Baca Juga:  Tanggapan Para Lurah Soal Wacana Perpanjangan Masa Jabatan Kades

Pada 2020, Desa Rengel juga membuatkan Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum (HIPPAM) Tirto Jati di Dusun Gembong, dengan tarif relatif murah agar bisa dijangkau masyarakat.

Terkhusus di masa Mokhtar menjabat sebagai kepala desa di periode kedua, PAD Rengel mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Dibuktikan dengan data PAD dari tahun ke tahun. Yakni, 2017 senilai Rp 579.600.000, 2018 senilai Rp 598.700.000, 2019 senilai 692.000.000, 2020 senilai 1.131.000.000, dan 2021 senilai 1.061.000.000. Dikatakan, akibat pandemi, PAD Rengel pada 2021 mengalami kemerosotan karena lumpuhnya kunjungan pariwisata.

Yang ditunjuk menjadi pelaksana pengelola di tiap aset desa tentu melalui SK Desa yang dilakukan monitoring di setiap tahunnya. Jelasnya, jika kinerjanya bagus, maka kontrak kerja akan dilanjut, pun berlaku sebaliknya.

Terkait dana desa 2020 dan 2021 Desa Rengel, diarahkan untuk pembangunan Stadion Watu Bulus yang disertai tempat untuk jogging. Untuk PAD, dipergunakan untuk lembaga, pembangunan desa, serta insentif untuk RT maupun RW. Dengan begitu, desa melarang adanya iuran atau jimpitan dari warga. Sebab, warga juga berhak menikmati PAD dari desanya sediri.

Selama menjadi kepala desa, Mokhtar belajar dari pengalaman yang didapat sebelum-sebelumnya. Termasuk, pengalamannya yang pernah menjadi komandan banser di Anshor Tuban. “Kalau nggak punya power kepemimpinan, pasti nggak mudah mengondisikan perangkat desa. Tentu sulit,” ungkapnya.

Ditambah, sedari dilantik menjadi kepala desa di periode awal memimpin, Mokhtar menciptakan beberapa budaya baru. Mulai dari pendisplinan jam kerja, di mana para perangkat maupun pegawai di kantor desa harus menaati aturan kapan datang, istirahat dan diperbolehkan pulang.

Kemudian diterapkannya apel pagi setiap Senin, dilanjut evaluasi kinerja selama seminggu lalu, dan menyusun rencana tindak lanjut untuk seminggu ke depannya. Dari segala aspek, Mokhtar berusaha untuk selalu transparan dan terbuka dengan masyarakatnya. Baik dari segi keuangan maupun data desa.

Dengan memanfaatkan perkembangan teknologi, Desa Rengel memiliki Sistem Informasi Desa yang bisa diakses oleh masyarakat. Selain itu, Mokhtar berupaya untuk bisa adil dan objektif terhadap masyarakat. Di awal masa jabatan, ada 20 perangkat desa yang saat itu bekerja di kantor desa. Namun karena ada ketetapan yang menyatakan batas usia maksimal sekitar 56 tahun, dengan segala pertimbangan, Mokhtar melakukan seleksi.

Demi keberlangsungan pemerintahan desa, melalui musyawarah, diadakanlah tes dan ada 10 orang yang lolos. Sehingga, untuk mengisi beberapa kursi yang masih kosong, dibukalah lowongan perangkat desa melalui tahap seleksi yang cukup ketat.

Baca Juga:  Dibunyikan Tengah Malam, Suara Kentongan Saling Bersahutan

Lanjut Mokhtar, sebenarnya, ia sebagai kepala desa memiliki kewenangan mengangkat seorang staf pembantu yang dibutuhkan desa. Akan tetapi, Mokhtar memilih untuk membuka peluang itu ke semua pihak yang bersedia dan mampu. Saat dibuka pendaftaran, ada 20 pendaftar dan hanya 1 yang lolos dari sekian tahapan yang harus dilalui.

Kiat-kiat Membawa Desa Agar Lebih Mandiri dan Berprestasi

Dikenal dengan desa mandiri dan berprestasi, ada banyak kiat-kiat yang dilakukan Mokhtar selaku kepala desa. Pastinya, ada banyak rintangan yang harus dilalui Mokhtar. Termasuk, ia pernah mengalami kesulitan dalam melakukan pendekatan dengan semua perangkat desa, yang sudah terbiasa dengan sistem dan pola pemerintahan lama. Butuh waktu setahun, sehingga Mokhtar bisa mengupayakan terobosan baru.

Tegasnya, selama semua lembaga dan perangkat desa mau bekerja sama, Mokhtar yakin, segala program yang sudah disepakati, bisa berjalan dengan optimal. Dan setiap terpilih, ia tak pernah menaruh rasa benci maupun dendam dengan para kompetitornya di pilkades. Pun, tak jarang, Mokhtar menariknya supaya turut bekerja untuk desa.

Juga, saling membantu dan mengisi, dibarengi dengan keterbukaan kritik dan saran dari sesama pelaku yang bekerja di kantor desa, maupun masyarakat desa. Dengan begitu, Mokhtar berharap relasi baik selalu terjalin.

Dikatakan pula, berkat kerja sama dari semua elemen, menjadi faktor yang membuat desa kerap menjuarai suatu perlombaan atau kompetisi di beragam tingkat. Pun, untuk lomba, Mokhtar termasuk pemilih. Ia lebih mendahulukan segala lomba yang memberi manfaat untuk keberlangsungan bersama dan bersifat jangka panjang.

Selaku kades, Mokhtar memilih fokus di jabatannya. Ia tak pernah tertarik dengan beragam proyek atau tawaran kerja sama dari perusahaan maupun CV yang mengarah ke urusan bisnis. Pernah suatu ketika ada perusahaan masuk untuk melakukan penggalian batu kapur yang terletak di dekat Goa Ngerong. Dengan tegas, Mokhtar menolak perizinannya. Sebab tindakan itu hanya merusak lingkungan dan sumber mata air.

Di periode Mokhtar, difokuskan pada pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), Sumber Daya Alam (SDA), dan pertumbuhan ekonomi desa. Serta, dalam urusan administrasi, Desa Rengel juga berusaha tidak mempersulit warganya.

Di pinggir tanah khas desa, juga berjejer kios-kios warga yang berjualan di sana, Dan sejauh ini, mereka tak pernah ditarik uang sewa. Hanya, diminta untuk bertangung jawab menjaga kebersihan lingkungan.

Desa Rengel juga memiliki mobil siaga untuk kebersihan yang tidak dipungut biaya atau gratis. Terbaru, desa sedang dalam proses membeli mobil siaga untuk orang sakit yang juga gratis untuk fasilitas warga. (Septia Annur Rizkia)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *