Musim Hujan, Roti Bakar Bikinan Priyo Dikerubut Pembeli

Priyo, mengoles roti dengan susu kental manis, taburan kacang dan keju pesanan pembeli. (Foto: Wiradesa).

KULONPROGO – Roti bakar salah satu jajanan street food yang laris. Penjual roti bakar pun banyak tersebar dengan gerobak lapak mereka. Priyo, salah satu pedagang roti bakar Bandung yang mangkal jualan di timur perempatan Ngelo Sentolo mengaku, saat musim hujan daangannya dikerubut pembeli.

“Mungkin suasana hujan, bawaannya, orang jadi ingin ngemil sambil minum yang hangat. Roti bakar memang cocok untuk teman ngeteh atau ngopi. Apalagi saat hujan. Tambah nikmat,” kata Priyo kepada wiradesa.co Kamis 11 Januari 2024.

Priyo pemuda asal Piasa Kulon Kecamatan Somagede Banyumas menuturkan, ia telah berjualan roti bakar selama dua tahun. Sebelum merantau ke Kulonprogo ia tak punya bekal kemampuan bikin roti bakar apalagi jualan. Seminggu pertama tiba di Kulonprogo, langsung belajar membikin roti bakar pada juragan yang menyediakan roti dan gerobak. Setelah dirasa cukup mampu mengolah roti bakar berbagai varian rasa, ia buka lapak pertama kali di Lendah. Tak berapa lama, lapak di Ngelo kosong karena pedagang lama pindah. Lokasi Ngelo kemudian dipasrahkan kepadanya dan kini terbilang laris.

Baca Juga:  Di Depan Pimpinan SMSI se-Indonesia, Budiman Sudjatmiko Paparkan Rancangan Metaverse Nusantara

“Saya tinggal di Wates. Kalau penjualan termasuk laku. Kisaran dua puluh roti bakar saban malam dengan harga bervariasi dari Rp 16-20 ribuan,” ucapnya.

Bikin roti bakar, kata Priyo tidak sulit. Bahan roti dari pabrik, dibuka. Bagian dalam diolesi selai, atau kacang. Bisa juga keju. Tergantung selera pemesan. Juga diguyur susu kental manis. Roti ditangkup lagi untuk dibakar di atas wajan datar seperti peralatan wajan untuk membikin martabak. Tak sampai 10 menit roti bakar matang dan siap kemas.

“Kalau laku dua puluh roti atau lebih, sebagai penjual sudah dapat untung. Syukur laku lebih dari itu agar bisa untuk menutup kebutuhan harian dan sisanya buat uang simpanan. Kalau jual di bawah 20 roti ya agak prihatin,” imbuh Priyo yang lulus dari SMPN Susukan dan kini tengah mengambil kejar Paket C di Sokaraja, sekolah dilakukan secara daring. (Sukron)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *