SLEMAN – Ada banyak pelajaran ketika mengunjungi Kampung Satwa di Kedung Banteng, Sumberagung, Moyudan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain mengenal berbagai binatang langka dan berbisa, pengunjung juga mendapat pengetahuan tentang penanganan atau pertolongan pertama jika tergigit ular berbisa.
“Jika tergigit ular berbisa, pertama jangan menggerakkan bagian tubuh yang terkena gigitan,” ujar Firman, salah satu pengelola Kampung Satwa di Moyudan, saat menjelaskan kepada mahasiswa asing dan jurnalis di Dusun Kedung Banteng, Rabu 14 Desember 2022. Para mahasiswa asing yang belajar di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan sejumlah wartawan merupakan peserta Famtrip Badan Promosi Pariwisata Sleman (BPPS) 2022.
Kampung Satwa Moyudan layak dikunjungi dan dipromosikan, karena merupakan destinasi wisata edukasi yang unik dan sangat peduli satwa langka. Destinasi ini sepertinya mengadopsi atau terinspirasi dari Petting Zoo Ocala di Florida Amerika Serikat. Satwa di Kampung Satwa Moyudan, antara lain Tupai Javanica, Callosciurus Notalus, Paradoxurus Hermaphroditus, Orlitia Borneensis, dan Chelydra Serpentina.
Menurut Firman, penanganan pertama yang dapat dilakukan ketika tergigit ular adalah dengan imobilisasi. Tidak menggerakkan area anggota tubuh yang terkena gigitan ular. “Pertolongan pertama imobilisasi dapat dilakukan sama seperti halnya dengan pertolongan pertama pada patah tulang,” jelasnya.
Caranya, dengan melapisi kedua sisi anggota tubuh dengan kayu dan mengikatnya dengan tidak terlalu kencang. Mengikat kencang pada bagian yang terkena gigitan ular justru akan membuat racun menyebar lebih cepat.
Setelah melakukan pertolongan pertama, orang yang terkena gigitan ular harus segera dibawa ke rumah sakit untuk menetralisir racun ular yang ada dalam tubuhnya. Namun, tidak semua rumah sakit di Yogyakarta mampu menangani kasus gigitan ular ini. “Hanya ada tiga rumah sakit di Yogyakarta yang dapat menangani kasus gigitan ular, di Rumah Sakit Bethesda, PKU Gamping, dan PKU Yogyakarta,” kata Firman.
Selanjutnya, selama 2 x 24 jam, dapat diberi minum madu hutan murni dan susu murni hasil perahan dari sapi. “Atau bisa segera menghubungi tim Kampung Satwa Moyudan untuk dapat dilakukan observasi pada gigitan ulat tersebut,” ujar Firman.

Meski ada beberapa ular berbisa, tetapi Marry, mahasiswa asal Afrika tidak takut dengan ular. Dia tampak senang, memanggul ular yang cukup besar. Seperti sudah terbiasa hidup berdampingan dengan binatang berbahaya. Menurutnya, binatang juga punya rasa. Kalau orang menyentuh dengan rasa sayang, maka binatang, sebuas apapun, tetap akan jinak dan jarang menyerang.
Sam, mahasiswi asing yang mengambil studi di USD juga tidak takut dengan ular. Dia memegang Ular Sowo Kembang yang cukup besar. Bak penari ular, mahasiswi ini beraksi di depan mahasiswa asing dan wartawan yang berkunjung di Kampung Satwa Moyudan. (Asy Sifa)