Peserta Diklat Jurnalisme Pangan Memasak Sendiri

Foto: Wiradesa

BANTUL – Kemandirian merupakan salah satu yang diajarkan kepada peserta pendidikan dan latihan jurnalisme pangan. Sehingga mereka dibiasakan untuk bisa memenuhi kebutuhannya sendiri, termasuk makan dan minum.

Para peserta diklat jurnalisme pangan yang berasal dari wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah (Jateng) selama mengikuti kegiatan dua hari (Jumat dan Sabtu) memasak sendiri. Kebetulan ada peserta dari Sukoharjo yang memiliki keahlian memasak.

Penggerak desa, Ehkna Abu Bahqrin, peserta dari Dusun Dranan, Desa Cangkol, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, memiliki keahlian memasak. Karena aktivis karang taruna di desanya ini pernah usaha kuliner dan memasak untuk tamu hotel.

Pada Sabtu 9 Oktober 2021, Ehkna Abu Bahqrin yang sering dipanggil oleh teman-temannya Chef Abu memasak tumis kangkung, goreng ikan wader, dan sambal bawang. Cara memotong sayur dan memasak Mas Abu terlihat seperti chef profesional.

Selain kemandirian, sikap yang ditanamkan pada para peserta diklat jurnalisme pangan, yakni kebersamaan, gotong royong, dan musyawarah. Sikap kebersamaan dan saling membantu terlihat saat proses memasak.

Baca Juga:  Hadiri HUT ke-5 SMSI, Dirut Bank Banten Tegaskan Layanan EDC Hingga Mobile Banking Segera Diluncurkan

Tanpa diminta, Ilyas Syatori aktivis desa dari Desa Kwaren, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten, membantu menyiapkan bahan-bahan untuk sambal. Ilyas yang pernah nyantri di wilayah Wonokromo, Pleret, Bantul, cukup terampil mengupas brambang, bawang, dan mengiris cabai. Dia juga yang membersihkan sayuran dan menyiapkan bumbu-bumbunya. Juga menanak nasi.

Sedangkan Dwi Purwoko, penggerak desa dari Desa Ngrawan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, membersihkan peralatan dapur yang dipakai untuk memasak dan piring gelas yang digunakan untuk makan.

“Kalau saya bagian makan,” ujar Greg Sindana, aktivis desa dari Desa Karagsewu, Kecamatan Galur Kabupaten Kulonprogo, sambal tertawa.

Suasana akrab dan penuh canda terlihat dalam keguyuban para aktivis desa. Mereka sebenarnya serius jika sudah berpikir tentang kemajuan desa, tetapi tampak cair dan santai jika ngobrol sesama penggerak desa.

Dalam suasana kekeluargaan, kebersamaan, dan keguyuban, tercetus ide-ide cemerlang dari anak-anak muda ini. Gagasan membuat karya potcast desa langsung dieksekusi. Sedangkan aplikasi tentang potensi desa sedang dikerjakan.

Mereka juga menyelesaikan tugas untuk membuat profil kepala desa dan potensi desa masing-masing. Selamat berkarya, untuk kemandirian desa dan kesejahteraan warga desa. (*)

Baca Juga:  Jalan Sepanjang 75 Meter di RT 20 Padukuhan Karangwetan Dicor Rabat Beton

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *