Sekolah Toleransi Sarana Menciptakan Ruang yang Aman, Damai, dan Harmonis Antarumat Beragama

Foto bersama setelah selesai seminar. (Foto: Istimewa)

SLEMAN – Kegiatan Sekolah Toleransi kembali digelar oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi Studi Agama Agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dengan tema “Menumbuhkan dan Merawat Sikap Toleransi Antar Umat Beragama”. Sekolah toleransi diadakan oleh HMPS SAA hanya satu kali dalam satu kepengurusan. Acara ini diadakan dua hari, mulai hari Sabtu hingga Minggu, 8 Oktober 2023 di Villa Abmarina Kaliurang.

Seperti nama kegiatannya sekolah toleransi ini bermaksud untuk mensosialisasikan dan menciptakan kerukunan antar umat beragama. Mengingat bahwa di Indonesia sendiri merupakan negara yang plural dan multikultural dimana banyak sekali suku, bahasa, etnis dan agama. Tentu sudah barang pasti jika adanya perbedaan maka gesekan demi gesekan itu merupakan suatu keniscayaan dan tak dapat dihindari.

Prodi Studi Agama-agama menyadari hal tersebut dan kemudian secara sepakat untuk mengadakan kegiatan sekolah toleransi ini untuk membekali teman-teman mahasiswa khususnya mahasiswa Prodi Studi Agama-agama dalam membangun sikap toleransi dan moderasi antar umat beragama.

Menariknya dalam kegiatan tersebut HMPS SAA bukan hanya mengundang tokoh dari Islam saja melainkan dari tokoh agama lain untuk menjadi narasumber. Pada kegiatan tersebut HMPS SAA mengundang tokoh agama dari agama Kristen Katolik yaitu Romo Macarius Maharsono Praboho, Sj, seorang kepala Paroki Santo Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta. dan dari tokoh agama Islam yaitu dosen Prodi Studi Agama-agama itu sendiri yakni Dr. Ustadi Hamsah, S.Ag., M.A.

Baca Juga:  Fishum UIN Suka Gelar Konferensi Bahas Kemanusiaan di Tengah Perang dan Konflik Dunia

Pada hari pertama sekolah toleransi dimulai yakni pada hari Sabtu, 7 Oktober 2023. Romo Maharsono banyak menyinggung tentang bagaimana keharmonisan antar umat beragama itu harus terjalin dengan utuh agar tercipta lingkungan yang nyaman dan aman.

“Dengan berbuat baik tanpa memandang kepada siapa kita berbuat baik maka secara tidak langsung kita berperan untuk menjadikan lingkungan kita menjadi lingkungan yang harmonis, ” jelas Romo Maharsono saat mengisi seminar.

Tidak jauh berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Romo Maharsono, Dr. Ustadi Hamsah juga mengatakan “perbedaan adalah suatu keniscayaan, dan keniscayaan itu merupakan pemberian dari Tuhan. Manakala itu adalah suatu pemberian dari Tuhan maka kita tidak akan bisa mengelak dan menolaknya, tentu adalah barang pasti bahwa setiap agama mengajarkan kebaikan dan budi luhur. Maka dari itu untuk mensyukuri nikmat tuhan berupa perbedaan tersebut maka kita harus menjalin keharmonisan dalam kehidupan kita terlebih dalam kehidupan beragama”.

Masih banyak yang disampaikan oleh dua tokoh tersebut namun yang menjadi benang merah adalah bagaimana kita sebagai manusia yang beragama bisa mengamalkan kebaikan terhadap sesama manusia tidak peduli mereka berbeda dari kita, berbeda suku, berbeda adat ataupun berbeda agama.

Baca Juga:  Kuliah Sambil Usaha, Hasta Meraup Untung Jutaan Rupiah

Acara ini berjalan dengan guyub dan harmonis, para mahasiswa prodi Studi Agama-agama sangat menikmati bertambahnya wawasan tentang menyikapi perbedaan. Acara tersebut juga sangat dialogis, dimana teman-teman mahasiswa bebas bertanya. Salah satunya adalah Khumaidi yang merupakan mahasiswa baru Prodi Studi Agama-agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2023. Ia memberikan pertanyaan yang menarik, tentang seperti apa baiknya toleransi itu dibangun dan sejauh mana toleransi itu dapat dilakukan. Tentu masih banyak pertanyaan dari teman-teman mahasiswa yang lain.

Pada hari kedua yakni Minggu, 8 Oktober 2023 Sekolah Toleransi mengadakan roadshow ke Wisma Sang Penebus yang berlokasi di Monjali Gemawang No 48 C, Nandan, Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada roadshow tersebut para mahasiswa mengadakan Scriptural Reasoning dan dialog lintas iman bersama para Frater.

Pada momen tersebut teman-teman mahasiswa dan para Frater sangat antusias dikarenakan pada momen tersebut keduanya saling terbuka untuk saling bertanya dan bertukar wawasan mengenai keimanan yang mereka anut. Sungguh momen yang sangat harmonis dan mengasyikkan.

Baca Juga:  UIN SUKA Jogja Kembali Berangkatkan Jemaah Umrah

Para Frater dan mahasiswa sangan antusias dalam kegiatan hari kedua tersebut, dikarenakan bagi para mahasiswa, khususnya mahasiswa baru dapat secara langsung mengobrol dan berdiskusi tentang keyakinan masing-masing, ditambah dengan adanya Scriptural Reasoning menambah keasyikan dan kemeriahan dialog lintas iman tersebut.

Banyak hal positif yang bisa didapatkan dalam kegiatan Sekolah Toleransi, diantaranya menumbuhkan sikap keterbukaan antar sesama, tidak ada lagi rasa takut terhadap keyakinan yang berbeda dan yang lebih penting adalah terciptanya ruang yang aman, damai dan harmonis. (Yuniar Avicenna)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *