GUNUNGKIDUL – Siaran televisi masih menjadi sarana hiburan favorit dan murah bagi masyarakat di tengah penetrasi hiburan berbasis internet dan kanal media sosial. Karena itu, program migrasi menuju siaranTV digital mendapat sambutan positif masyarakat. Sambutan baik dari masyarakat disampaikan Sekretaris Dinas Komunikasi dan Informatika Gunungkidul, Aris Suryanto.
“Masyarakat Gunungkidul yang bukan termasuk warga penerima bantuan banyak yang aktif mencari informasi tentang siaran TV digital dan mencari perangkat set tob box (STB) secara mandiri. Ada pun bagi masyarakat yang mau mendapat bantuan STB masih tunggu kepastian data Dinas Sosial, karena harus disesuaikan mereka yang menerima bantuan yakni keluarga miskin yang punya televisi,” kata Aris Suryanto kepada wiradesa.co, Senin 20 Juni 2022.
Aris menjelaskan, pihaknya sudah menyosialisasikan program analog switch off (ASO) kepada masyarakat melalui media massa, juga lewat media sosial milik Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Gunungkidul.
Aris menambahkan, khusus data penerima bantuan STB gratis, pihaknya tak bisa mengira-ira. Hingga saat ini belum memperoleh data pasti. “Tentang warga miskin yang memiliki TV, datanya perlu dicek pihak kalurahan melibatkan perangkat desa dan padukuhan untuk lebih validnya,” imbuhnya.
Di samping itu, wilayah Gunungkidul yang khas dengan perbukitan dan pegunungan, mempunyai wilayah kategori blank spot. Jaringan internet dan sinyal televisi (analog) susah masuk ke wilayah tertentu. “Hampir semua wilayah kapanewon (kecamatan) punya blank spot. Seperti Girisubo, Rongkop, Semin. Di daerah tersebut banyak warga menggunakan parabola agar dapat menikmati siaran TV,” ungkapnya.
Aris menuturkan pengamatannya di pedesaan seperti di wilayah Girisubo. Ia menjumpai warga memasang antena luar sangat tinggi di atas pohon dipasang dengan bambu dan disalurkan dengan kabel panjang ke pesawat TV. Kepadanya, warga yang memasang antena begitu tinggi mengaku agar ia dapat menerima sinyal siaran televisi. Tanpa melakukan upaya itu, siaran televisi tak dapat dinikmati karena tak mampu bila harus membeli parabola.
Pengaktifan siaran TV digital menurut Aris sudah menjadi kebutuhan agar area blank spot siaran TV analog dapat teratasi. Banyak wilayah kapanewon memiliki zona blank spot TV analog seperti terjadi selama ini, dan itu harus dicarikan solusi. Pengaktifan area blank spot bisa diupayakan oleh pihak multipleksing (MUX). Meski terdapat wilayah berzona blank spot, di wilayah Gunungkidul, beberapa wilayah di perbatasan seperti wilayah Ngawen (perbatasan dengan Cawas Kabupaten Klaten), sejumlah warga telah berinisiatif memasang STB guna menangkap siaran TV digital. “Di Ngawen telah dilaporkan bahwa siaran TV digital dengan perangkat STB berhasil diakses warga dengan baik. Gambar jernih,” imbuh Aris.
Senada dengan Aris, Direktur Pengelolaan Media Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kemenkominfo Nursodik Gunarjo pada kesempatan mengisi Webinar Siaran TV Digital dari Indonesia Timur, belum lama ini mengatakan, daerah yang selama ini sulit terjangkau siaran TV analog bakal mudah diisi siaran TV digital karena jangkauan siaran TV digital lebih luas dan teknologi lebih canggih.
Dikatakan Nursodik, pemerintah melalui lembaga penyiaran pemerintah (LPP) TVRI akan membangun infrastruktur jaringan siaran TV digital di kawasan terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) serta kawasan blankspot setelah program ASO terlaksana.
Guna memastikan ada tidaknya sinyal TV digital, masyarakat bisa mengecek melalui aplikasi Sinyal TV Digital yang dapat diunduh di Google PlayStore atau App Store. Langkah berikutnya, buka aplikasi dan izinkan akses lokasi. Aplikasi akan menampilkan lokasi. Pada menu sebelah kiri terdapat peta yang menunjukkan kekuatan sinyal TV digital. Warna merah pada peta berarti sinyal kuat, hijau atau kuning berarti sedang, abu-abu biru berarti sinyal lemah. (Sukron Makmun)