BANYUMAS – Jatilawang, kota kecil sekitar 30 km dari arah Purwokerto, hari-hari ini bercuaca panas. Matahari bersinar terik. Bagi yang kurang suka jalan-jalan, pasti lebih banyak menghabiskan waktu di dalam ruangan.
Tapi bagi saya, orang luar yang hanya sejenak singgah di Jatilawang, tentu tak ingin terkungkung mengurung diri sambil menikmati udara sejuk setidaknya dari embusan kipas angin. Berkunjung ke pasar pagi Pasar Wage, beli jajanan pasar, ikan bandeng, sayuran dan jajanan anak jadi aktivitas mengasyikkan. Siangnya mengamati kesibukan petani panen di sawah, melihat petani menjemur gabah, dan satu lagi yang tak dilewatkan, menikmati soto Pak Jasim.
“Soto Jasim sudah berumur 45 tahun, buka semenjak 1976,” ujar Jasim menjawab pertanyaan pembuka sejak kapan ia mulai meracik soto. Jasim yang tahun ini genap berusia 70 tahun berkisah, dulu warungnya menyediakan aneka menu makan komplet, ayam goreng, semur, pindang, gorengan, sayur, nasi beserta aneka lauk dan soto. Tapi pada perkembangan berikutnya, masakan soto jadi juara. Menu-menu lain tersisih. Hilang dari daftar sajian.
“Suasana seperti sekarang omzet harian sekitar Rp4 juta, laku sekitar 400 porsi. Waktu buka dari pukul 09.00 hingga 17.30,” jelas Jasim, Jumat, 05 Maret 2021.
Berlokasi di pusat kota Jatilawang, depan pasar, tak jauh dari Alun-alun Jatilawang, samping kiri dan kanan diapit pertokoan, Soto Pak Jasim terlihat selalu laris. Sepeda motor, mobil datang silih berganti. Dibantu tiga anaknya, Jasim masih bertugas di dapur, mengirisi daging sapi, daging ayam, babat, daging sapi, membaginya ke mangkuk-mangkuk soto. Pembeli yang datang ke warung biasanya langsung masuk lewat depan, melewati tempat makan, ketemu pelayan dan Jasim yang ada di dapur tepat satu ruang di belakang ruang makan.
Di dapur, para pelayan soto Jasim menyapa pembeli. Mereka menyapa dengan bahasa Banyumasan. Mau memesan soto sapi, sapi plus babat atau soto ayam?. Siang itu, saya memesan soto ayam porsi mangkuk besar ditambah bakso. Minumnya es jeruk. Tak sampai sepuluh menit pesanan pun siap santap di meja. Mencicipi soto Jasim, soal rasa tak berubah. Gurih, tersembul cita rasa manis sambal kacang.
“Bumbu biasa saja. Aneka bumbu dapur dan rempah. Pakai ketupat, tanpa soun, ditambah irisan muncang seledri. Tambahannya sambal kacang tak terlalu pedas,” kata Jasim soal rahasia sotonya yang sedap. Orang Banyumas bilang, sotonya luged, tidak encer, berbumbu kuat, daging juga melimpah.
Jasim menuturkan, saban hari dia menghabiskan daging ayam rata-rata satu kuintal. Babat 20 kilogram, daging sapi paling banyak 5 kilogram, bakso 3 kilogram. Dengan harga Rp12 ribu (soto ayam) dan Rp15 ribu (soto daging sapi) soto Jasim sangat tepat jadi pilihan Anda berkuliner ketika singgah atau melintas di kota kecil Jatilawang. (Sukron Makmun)