UNU Yogyakarta Siapkan Mahasiswa Berjiwa Sociopreneur

Rektor UNU Yogyakarta Prof Purwo Santoso MA PhD saat berdiskusi dengan Tim Wiradesa, Kamis 6 Januari 2022. (Foto: Wiradesa.co)

YOGYAKARTA – Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta menyiapkan mahasiswa berjiwa sociopreneur atau wirausaha berwawasan sosial. Pembelajarannya, pada semester awal, mahasiswa dibekali pendidikan karakter dan di semester akhir diterjunkan pada simpul-simpul pembelajaran di masyarakat.

“Semua mahasiswa semester satu dan dua, serta semester enam dan tujuh ada pada kendali rektorat,” ujar Prof Purwo Santoso MA PhD, Rektor UNU Yogyakarta saat berdiskusi dengan Tim Wiradesa di Kampus Lowanu, Kamis 6 Januari 2022. Agar ilmunya bermanfaat, tim lintas disiplin ilmu telah menyiapkan laboratorium sosial.

UNU yang sedang membangun Gedung Sembilan lantai di Banyuraden, Gamping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, berkolaborasi dengan simpul-simpul pembelajaran sebagai laboratorium sosial. Simpul-simpul pembelajaran itu, antara lain pemerintahan desa, perusahaan, pesantren, lembaga swadaya masyarakat, dan lainnya.

Menurut Prof Purwo, nantinya Wiradesa Group bisa menjadi simpul pembelajaran bagi mahasiswa UNU. Mahasiswa belajar langsung tentang bagaimana membuat konten media dan mengunggahnya di berbagai platform media. Nantinya jejak digital mahasiswa menjadi pertimbangan soal kelulusannya.

Pembelajaran di perusahaan media, bukan hanya bagi mahasiswa yang terkait langsung dengan kewartawanan, tetapi juga mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu. Saat ini program studi di UNU Yogyakarta, yakni agribisnis, akuntansi, farmasi, informatika, manajemen, pendidikan bahasa Inggris, pendidikan guru sekolah dasar, studi islam interdisipliner, teknik elektro, teknik komputer, dan teknologi hasil pertanian.

Baca Juga:  Nano Kitosan Potensial Untuk Perawatan Gigi

Pembelajaran Berbasis Kontekstual

UNU Yogyakarta menerapkan pembelajaran berbasis kontekstual dengan realita kehidupan. Hal ini dilakukan agar ilmu di kampus dan kenyataan di masyarakat itu menyatu atau nyambung.

Untuk merealisasikan kebermanfaatan ilmu, UNU berkolaborasi dengan simpul-simpul pembelajaran di masyarakat. Diharapkan, simpul-simpul pembelaran, seperti pemerintahan desa, perusahaan, pesantren, LSM, dan lainnya itu sebagai laboratorium sosial bagi mahasiswa.

Prof Purwo menjelaskan, kegiatan laboratorium sosial yang dimaksudkan sifatnya tidak hanya sekali dilakukan, tetapi berkelanjutan. Sehingga benar-benar membawa perubahan dan mengasah jiwa sociopreneur mahasiswa. “Harapannya simpul-simpul itu bisa berkolaborasi secara permanen. Dengan begitu, kegiatan pembelajaran berbasis lapangan bisa terus kita selenggarakan,” tambah Prof Purwo.

Menurutnya, pada saat yang sama Tri Dharma Perguruan Tinggi hadir dalam satu hentakan. Antara pendidikan, penelitian, dan pengabdian, dihadirkan untuk saling memperkuat. Pendidikan tidak terpisah dengan penelitian dan juga tidak terisolasi dengan pengabdian.  “Dengan begitu dapat menjadikan UNU sebagai perguruan tinggi yang kontekstual. Dalam bahasanya Menteri Nadiem, menjadi kampus yang merdeka belajar,” tegas Prof Purwo.

Baca Juga:  Kades Terpilih di Kota Batu Tidak Ada Perempuan

Amanah Berkhidmat

Ilmu yang bermanfaat selalu dipegang para dosen dan pengelola UNU Yogyakarta untuk merancang proses pembelajaran. Kebermanfaatan ilmu itu merupakan amanah berkhidmat dari para kiai. Ilmu itu dilakukan. Jadi ada manfaatnya bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Maka laboratorium sosial adalah salah satu wahana pembelajaran di UNU.

Sebagai perguruan tinggi di bawah naungan Pengurus Besar (PB) Nahdlatul Ulama (NU) dan para kiai, UNU Yogyakarta konsisten membangun sistem pendidikan tinggi yang tidak meninggalkan kultur ke-NU-an. Sebagai universitas yang dirumuskan sebagai wadah kaderisasi kepemimpinan, UNU tak mengabaikan dawuh-nya para kiai.

“Di antara amanat atau dawuh para kiai yakni biaya kuliahnya jangan mahal,” kata Prof Purwo. Meski berkomitmen go internasional, UNU tetap berkomitmen kuat mencerdaskan masyarakat, utamanya lapisan masyarakat pedesaan di mana mayoritas konstituen NU berada.

“Kami tak boleh memungut SPP yang mahal, karena mengurusi wong ndeso. Orang-orang yang kalau tak diurusi maka mereka tak kuliah. Dengan mengurusi wong ndeso, UNU harapannya akan melejit,” ujar Prof Purwo.

Baca Juga:  Atasi Kelangkaan Minyak Goreng, Pemkab Purbalingga Kembali Gelar Operasi Pasar
Maket Gedung UNU Yogyakarta (Foto: Istimewa)

Meski biaya SPP murah, tetapi fasilitas pembelajarannya cukup megah. Bangunan 9 lantai pinggir Ring Road Barat, rencananya lantai 1 terdapat lobby, ruang UKM dan ruang MEP. Kemudian lantai 2 ada kantin, ruang kuliah, administrasi dan jamaah corner. Lantai  3 direncanakan untuk ruang kuliah, laboratorium, e-library, dan study lounge.

Kemudian lantai 4 ada ruang kuliah, ruang dosen, study lounge. Lantai 5 direncanakan untuk auditorium, dan hall. Lantai 6 terdapat roof garden dan masjid. Lantai 7 dan 8 untuk ruang dosen dan dekanat. Lantai 9 untuk ruang rektorat dan BP3TNU.

Infrastruktur pendidikan yang ada di UNU sebisa mungkin dapat diakses warga pedesaan. Tak hanya itu, sistem yang dikembangkan UNU salah satunya merumuskan laboratorium sosial dengan menitipkan mahasiswa semester akhir terjun ke pedesaan, ke pondok pesantren, ke lembaga mitra.

Di samping merampungkan tugas akhir, mahasiswa menyelesaikan kuliah sembari menyerap ilmu kehidupan, menemukan persoalan dan turut andil mencari solusi atas berbagai persoalan di realita kehidupan, khususnya di masyarakat desa. (Ilyasi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *