SLEMAN-Guna meningkatkan kesadaran lingkungan bagi masyarakat dan dalam rangka menjaga sumber daya air di Yogyakarta, Yayasan Javlec Indonesia bersama sejumlah pihak menggelar gerakan pembuatan 300 biopori serentak. Kegiatan yang didukung BBWS Serayu-Opak dilaksanakan di Padukuhan Kaliurang Timur, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa 12 November 2024.
Hadir dalam kegiatan tersebut perwakilan dari Pusat Standardisasi Instrumen Ketahanan Bencana dan Perubahan Iklim (Pustandpi) KLHK, Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWS SO), Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Serayu Opak Progo (BPDAS SOP), Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Daerah Istimewa Yogyakarta (DLHK DIY), Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sleman, panewu Pakem, lurah Hargobinangun, masyarakat Padukuhan Kaliurang Timur, dan perwakilan Sarihusada Generasi Mahardhika (SGM).
Direktur Yayasan Javlec untuk wilayah Jawa Bali Apriliyanti Dwi Rahayu mengatakan, gerakan pembuatan biopori dilakukan secara seremonial dengan pemasangan beberapa titik biopori oleh masing-masing instansi di demplot konservasi dan pengelolaan sampah Padukuhan Kaliurang Timur. Dengan adanya para pihak yang terlibat pada kegiatan ini diharapkan dapat menjadi dorongan bagi warga sekitar. “Selain peran dari pemangku kepentingan, masyarakat juga penting untuk terlibat karena kegiatan tersebut merupakan salah satu wujud kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan,” kata Apriliyanti Dwi Rahayu.
Setelah terlaksananya kegiatan, pembuatan biopori akan dilanjutkan oleh masyarakat Kaliurang Timur dengan pemasangan di pekarangan rumah. Gerakan biopori merupakan salah satu wujud kepedulian masyarakat terhadap lingkungan terutama terkait permasalahan air dan sampah. Perubahan pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat tidak terlepas dengan kebutuhan air. Selain kebutuhan air yang semakin meningkat, produksi sampah yang dihasilkan juga semakin tinggi.
Semakin tingginya produksi sampah setiap harinya, ditambah lagi minimnya pengelolaan sampah menyebabkan penumpukan dan pencemaran lingkungan,” ungkap Apriliyanti.
Sampah rumah tangga merupakan penyumbang sampah tertinggi. Sampah tersebut umumnya merupakan sampah organik. Sampah organik dihasilkan oleh sisa-sisa makhluk hidup yang mudah terurai secara alami tanpa campur tangan manusia. Sampah organik dapat dibilang sampah yang ramah lingkungan, bahkan bisa diubah menjadi sesuatu yang bermanfaat apabila dikelola dengan baik. Salah satunya pupuk kompos. Upaya untuk menjaga lingkungan terus dilakukan masyarakat dengan melakukan kegiatan konservasi air.
Kegiatan konservasi air yang dilakukan Javlec dan SGM di padukuhan ini di antaranya dengan membangun rorak, sumur resapan, dan Penampung Air Hujan (PAH). Sementara dalam permasalah sampah, kelompok pengelola sampah Makmur Jaya sudah mengelola sampah organik dengan media maggot atau lalat black soldier fly (BSF) serta pemilahan sampah anorganik dengan jenis sampah botol untuk dijual pada mitra pengolahan. Pembutan biopori menjadi salah satu alternatif lain dalam upaya menjaga lingkungan baik air maupun sampah.
Lubang biopori memiliki manfaat untuk mengelola sampah organik dengan cara mengurai sampah organik dan menambah supply bahan organik pada tanah. Biopori dapat dibuat di setiap pekarangan rumah karena tidak membutuhkan tempat yang luas.
“Dengan adanya biopori maka masyarakat dapat mengelola sampah organik yang dihasilkan dalam skala rumah tangga. Hal ini dapat meminimalisir sampah yang dibuang ke TPS. Selain menjadi alternatif dalam pengelolaan sampah organik, biopori juga memiliki manfaat lain seperti mencegah genangan air di permukaan tanah. Dengan adanya lubang biopori maka akan memudahkan air untuk masuk ke dalam tanah dan meminimalisisr aliran permukaan,” imbuhnya sembari menyebut daerah Kaliurang merupakan daerah imbuhan yang mana memiliki peran besar dalam memasukkan air sebanyak-banyaknya ke dalam tanah sehingga keseimbangan kadar air dalam tanah dapat terjaga.
Kegiatan-kegiatan konservasi yang sudah berjalan di Padukuhan Kaliurang Timur diharapkan dapat menjadi percontohan dan dapat diduplikasi oleh daerah lain sebagai wujud kepedulian masyarakat terhadap lingkungan. (*)