YOGYAKARTA – Pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Daerah Istimewa Yogyakarta bersama pengurus Ikatan Keluarga Wartawan Indonesia (IKWI) DIY mengadakan kegiatan ziarah ke makam tokoh pers nasional yakni makam Ki Hadjar Dewantara dan Ki H Samawi di Taman Wijaya Brata Yogyakarta, Rabu 23 Februari 2022. Ziarah ke makam tokoh pers nasional merupakan agenda tahunan dalam menyambut Hari Pers Nasional (HPN).
Namun tak seperti tahun-tahun sebelumnya, kegiatan ziarah HPN tahun ini hanya dipusatkan di Taman Wijaya Brata, karena masing pandemi. Hadir dalam acara ziarah, Ki Bambang Widodo mewakili Keluarga Besar Tamansiswa dan Direktur Utama PT BP Kedaulatan Rakyat M Wirmon Samawi SE MIB mewakili keluarga besar Ki H Samawi. Usai ziarah dilanjutkan tumpengan di Kantor PWI DIY, Jalan Gambiran Yogyakarta. Pemotongan tumpeng dilakukan oleh Ketua PWI DIY Hudono SH diserahkan kepada Ketua IKWI DIY Hj Sri Surya Widati.
Hudono mengatakan, kegiatan ziarah HPN yang dilakukan rutin setiap tahun bukan hanya untuk mengenang jasa besar para tokoh pers, melainkan yang lebih penting adalah meneladani semangat juang para tokoh pers nasional di masa kemerdekaan, yang rela mengorbankan jiwa dan raganya. Oleh karena itu, pandemi yang saat ini menghantam berbagai lini kehidupan termasuk pers, jangan sampai mengendorkan semangat para insan pers (wartawan) dalam memperjuangkan pers.
“Wartawan jangan mengeluh apalagi nglokro karena pandemi. Justru ini momentum bangkit bagi pers nasional untuk terus meningkatkan kualitasnya, menjaga idealisme dan menjaga semangat juang para pendahulu (tokoh pers) sampai kapan pun. Karena tanpa ada semangat, akan sulit menegakkan pers yang demokratis, Pers Pancasila,” kata Hudono.
Lebih lanjut dikatakan Hudono, di masa kemajuan teknologi informasi ini, pers juga harus berperan menjadi rumah penjernih segala berita hoaks yang menyesatkan. Jadi, jika ada berita hoaks yang beredar di masyarakat, maka akan langsung dibersihkan oleh pers/media mainstream. Maka kalau pers ikut-ikutan menyebar hoaks, itu bukan pers lagi. “Pers ini menjadi sarana verifikasi informasi-informasi yang belum jelas kebenarannya,” ujarnya.
Hudono mengimbau kepada masyarakat luas, bahwa jika warga membutuhkan informasi yang akurat, maka harus kembali ke pers mainstream. Keberadaan media sosial memang diperlukan untuk memperkaya informasi, namun demikian perlu proses verifikasi (disaring) sebelum sebuah informasi akan dibagikan (dishare). “Di sinilah peran pers yang sangat strategis, yakni untuk menyaring semua informasi tersebut. Pers adalah rumah penjernih informasi,” kata Hudono.
Di sela acara tumpengan, Hudono kembali mengingatkan perihal esensi kerja jurnalistik karena dewasa ini marak media online melakukan kerja jurnalistik namun keberadaannya belum terverifikasi Dewan Pers sehingga berpotensi menyimpang.
“Banyak bertebaran media terutama online melakukan kerja jurnalistik namun belum berbadan hukum, belum terverifikasi Dewan Pers. Saya berharap teman-teman yang mengelola media pers ini melangkah bersama-sama mari menyajikan pers berkualitas. Bila isi tidak terkonfirmasi, tidak terverifikasi dan apalagi sampai menyajikan berita hoaks jelas media itu bukan bagian dari pers karena apa yang disajikan bukanlah karya jurnalistik,” pungkasnya. (Sukron)