Mendaki Gunung, Menapaki Puncak Sukses Kehidupan

Foto: Wiradesa

MENDAKI gunung, bagi orang yang belum terbiasa butuh effort lebih. Beda sama orang yang sudah terbiasa. Waktu tempuh sampai puncak, bagi yang sudah biasa muncak, akan lebih cepat. Catatan, pendakian dalam kondisi normal, cuaca mendukung. Fisik juga kompromi kala diajak mendaki.

Aktivitas mendaki gunung pernah saya lakukan. Sebagai orang yang belum pernah mendaki gunung, bukan pula berlatar pecinta alam, ternyata mendaki bikin badan kedodoran. Padahal, puncak gunung yang didaki cuma berketinggian 1726 Mdpl, puncak Gunung Andong, Magelang. Persiapan fisik sebenarnya sudah dilakukan. Lari mengelilingi lapangan Grha Sabha Pramana UGM rutin dan berkali-kali. Dengan maksud agar saat mendaki Puncak Andong, kondisi fisik tetap strong. Ketika hari pendakian tiba, berjalan beberapa ratus meter dari basecamp gejala fisik kurang kompromi mulai terasa. Kaki terasa berat buat melangkah. Nafas ngos-ngosan. Udara dingin dini hari pukul 01.00 tak berpengaruh. Keringat tetap mengucur deras.

Tiba di pintu gerbang pendakian, kondisi fisik loyo sudah mulai terasa. Dari pada merepotkan anggota rombongan yang berangkat bareng, saya pun mengalah. Dua orang yang notabene pendaki profesional dipersilakan mendahului di depan. Dan benar, mereka tak ada kesulitan. Untuk sampai puncak hanya butuh waktu 45 menit. Sementara saya butuh waktu empat jam. Itu pun ibarat jalan kaki sambil ngesot. Kaki pegal terasa sampai ke tulang-tulang. Entah karena kebanyakan kolesterol atau kenapa. Sebentar-sebentar maunya istirahat. Istri yang ikut bareng mendaki terus memotivasi. Kami berdua juga sudah ditinggal oleh satu teman pendaki yang sama-sama pemula. Setiba di puncak, tenda buat camping sudah disiapkan oleh dua teman yang sampai duluan. Satunya lagi tampak sibuk masak mie instan dan menyeduh kopi.

Baca Juga:  TV Digital Tidak Berbayar dan Bukan Layanan Streaming

Setelah dipikir-pikir, dari kegiatan mendaki Puncak Andong beberapa tahun lalu, terdapat pembelajaran berarti khususnya dalam menghadapi kehidupan. Seorang pendaki pastinya punya target/ goal yang dituju yakni puncak gunung. Cara dalam mencapai target bisa cepat bisa lambat tergantung kapasitas, kekuatan fisik dan pengalaman.

Tampak benar, pendaki profesional begitu effortless. Mereka juga mendaki dengan riang gembira. Otot-otot begitu terlatih, langkah kaki gesit dan terasa ringan. Pola pendakian, manajemen pendakian hingga timing kapan harus sampai puncak sudah dikuasai betul. Bagi orang biasa, mendaki terasa berat tapi bagi pendaki profesional rasanya biasa saja. Enteng. Rute sama, derajat kemiringan medan yang dilalui sama. Karena sudah terlatih, pencapaian target tiba di puncak gunung bisa lebih cepat.

Untuk menjadi orang terlatih dalam bidang apa pun, saya rasa, proses latihan dan repetisi merupakan sesuatu yang tak bisa ditawar. Hingga pada akhirnya skill tertentu bisa dikuasai. Di era perubahan dalam tatanan kehidupan yang berlangsung cepat sekarang, penguasaan terhadap skill baru menjadi keniscayaan.

Keberanian untuk mencoba hal baru, di luar kebiasaan, menarik dicermati. Mencoba hal baru yang barangkali bisa memecah kebuntuan, bahkan mengurai berbagai persoalan. Mendaki gunung dapat diterjemahkan pula sebagai sebuah upaya dan transformasi mencapai tujuan. Di hadapan kita, realitas kehidupan banyak mengalami perubahan. Tatanan sosial, ekonomi, budaya berubah drastis.

Baca Juga:  Tahun 2022, Angka Kemiskinan di Kabupaten Purbalingga Menurun

Kebiasaan masyarakat dalam berbelanja mengalami penyesuaian. Mal yang dulu dikenal sebagai pusat perbelanjaan, selalu ramai kunjungan, semakin hari semakin sepi. Ramai saat tertentu manakala digelar event saja. Diakui atau tidak, masyarakat sudah condong kepada pola belanja online. Menyelaraskan dengan perilaku belanja masyarakat yang berubah, para penyedia barang, pelaku UMKM di desa-desa dituntut agar terlatih dan beradaptasi dalam waktu relatif cepat. Beli pisang di kios pasar tradisional bayarnya sudah bisa pakai QRIS. Begitupun beli rokok eceran di warung dekat rumah, atau mau isi kotak amal. Tinggal buka smartphone buka dompet elektronik, pindai barcode, proses transaksi selesai. Proses latihan yang mesti dilakukan pelaku UMKM dalam digital marketing bisa jadi awalnya tertatih-tatih, seperti halnya pendaki pemula. Tapi ketika dilakukan berkali-kali toh akan terbiasa.

Pola masyarakat dalam mengakses informasi, edukasi, hingga hiburan juga telah mengalami perubahan. Akses informasi, edukasi dan hiburan berbasis digital diserbu. Media informasi berlatar digital lebih semarak. Promosi dengan model review produk, tutorial lebih mengena. Informasi edukasi model poadcast laris manis raup jutaan penonton. Semua bidang masuk poadcast. Mau buka apa semua serbaada. Review otomotif, poadcast otomotif, info ternak, pertanian, wisata, kuliner, kerajinan, religi, dunia penerbangan, bus mania, traveling atau apa pun semua tersedia dalam satu genggaman dalam format konten digital.

Baca Juga:  TPID DIY Gelar Pelatihan Masyarakat lan Pedagang Tanggap Inflasi di Pasar Kolombo

Para pemasok informasi, pereview, pelaku konten bermunculan. Mereka bekerja dalam senyap tetapi terus berproses mendaki menuju puncak. Mengejar view, subscriber, follower. Publik figur pemasok konten menjadi sosok yang diterima khalayak bak artis. Berbicara review otomotif, siapa tak kenal Fitra Eri, dalam review kuliner ada nama Tanboy Kun, channel sukses stori macam Pecah Telur jadi rujukan, channel poadcast motivasi magnet rezeki, cara lunas utang miliaran jadi kiblat masyarakat untuk berguru bagaimana bisa lunas utang.

Para pemasok informasi, konten kreator kini semakin intens dengan kreativitas tanpa batas. Dimulai dari coba-coba, terus mendaki sambil menemukan jalan menuju puncak. Sampai titik ini, seleksi alam tetap berjalan. Yang tak kuat mendaki akan memutuskan berhenti. Yang kedodoran tetap jalan meski sering istirahat mereka akan tetap menggapai puncak sukses, meski harus menempuh waktu lebih lama.

Satu lagi, menapaki puncak sukses yang effortless dalam kehidupan bisa ditolong tools spiritualitas. Dan pendakian spiritualitas pun tak lepas dari proses latihan. Tentang kiat-kiatnya bagaimana, mari kita pelajari bersama!


Sukron Makmun, perangkai kata di wiradesa.co

Tinggalkan Komentar