KLATEN – Tradisi Bancaan sampai sekarang masih dijalankan masyarakat di Klaten, Jawa Tengah. Bancaan dilakukan, antara lain untuk merayakan hari kelahiran anak.
Ubo rampe untuk membuat Bancaan, yakni nasi tumpeng dilengkapi sayuran gudangan, telor, dan ikan asin. Gudangan itu terbuat dari sayur kangkung, cenil, kacang panjang, bayam, dan wortel yang dicampur parutan kelapa.
“Bancaan….bancaan, ayo bancaan. Budhe Sayati, mbak Lah, mbak Ely, ayo sini bancaan,” teriak Budhe Mur memanggil tetangganya di Desa Mendak, Kecamatan Delanggu, untuk ikut Bancaan, Sabtu 6 Maret 2021.
Hari Sabtu Legi merupakan hari lahir cucu Budhe Mur yang bernama Umar Taro. Pada Sabtu (6/3/2021) Umar genap berumur 105 hari. Setiap 35 hari atau selapanan, budhe Mur selalu melaksanakan Bancaan.
“Waktu cucu lahir, kami melaksanakan Brokohan, terus setiap selapan hari mengadakan Bancaan. Agar cucu kami terus sehat dan menjadi anak yang sholeh,” ujar budhe Mur, yang masih rajin melaksanakan tradisi Jawa.
Ternyata ada doa dan berbagai keinginan di balik tradisi Bancaan. Namun di sisi lain, ada hal baik yang dilakukan masyarakat Jawa. Karena Bancaan tersebut ada unsur berbagi pangan terhadap tetangga.
Bancaan merupakan tradisi berbagi ala desa. Saat masyarakat dihadapkan pada pandemi COVID-19 dan banyak warga yang sulit memenuhi kebutuhan pangan, ternyata tradisi Bancaan mampu memecahkan persoalan tersebut.
Para leluhur Jawa telah mengajarkan berbagi melalui Bancaan. Sehingga tradisi ini layak untuk terus dilaksanakan. Berbagi makanan di masa pandemi, sungguh indah dan mengesankan. (*)