LAMONGAN – Porang, tanaman yang akhir-akhir ini menjadi primadona para petani, menjadi bahan pembicaraan di banyak tempat. Begitu pun Muhammad Azzari Ruddin (21), pria kelahiran Lamongan yang mulai mengembangbiakkan tanaman porang sedari November 2019.
Berangkat dari ajakan sang bapak, kemudian Azzar mencari orang yang sudah lihai membudidayakan tanaman porang. Hingga suatu ketika, Azzar bertemu dengan salah seorang dari Mojokerto yang memiliki tanaman porang lebih dari puluhan hektar. Di lain sisi, ketertarikan Azzar pada porang pun, karena di sektor ekspor, harga porang jauh lebih mahal. Ditambah, perawatannya cukup mudah.
Awalnya, Azzar memperoleh bibit porang yang ia beli dari Madiun, yang disebut-sebut sebagai pusat porang di Indonesia. Azzar menerangkan, setelah membeli bibit yang harganya sekitar Rp 200 ribu lebih, ia segera mempersiapkan lahan. Sebelum ditanami bibit porang, lahan tersebut sudah diberi pupuk kompos terlebih dahulu, sembari selalu memperhatikan gulma yang tumbuh.
Namun, ada juga yang menaman bibitnya memakai media tanam polybag. Lalu, baru dipindahkan ke lahan ketika tanaman porang sudah lumayan besar dan masuk di musim penghujan. Untuk proses perawatan, perlu dilakukan penyiraman sekaligus pemupukan setiap sebulan sekali.
Sejauh ini, upaya Azzar menangkal gulma dengan cara mencangkul tanah agar tak gembur dan tidak mudah ditumbuhi rumput-rumput.
Di musim penghujan, batang dan daun tanaman porang akan tumbuh. Sedangkan, saat musim kemarau, tanaman porang tidak punya batang dan daun. Sehingga, hanya berbentuk umbi saja. Oleh sebab itu, ketika ada orang yang ingin menumbuhkan porang di saat musim kemarau, Azzar menyarankan, sebaiknya disiasati dengan menggunakan polybag. Dan, disiram setiap hari. Dengan begitu, batang dan daun pada tanaman porang bisa tumbuh. Meski di musim kemarau sekali pun.
Karena tanaman porang Azzar baru sekitar setahunan, ia pun belum pernah panen. Namun, dikatakan, tanaman porang bisa dipanen minimal setahun sekali. “Jika mau lebih besar, bisa panen 2 sampai 3 tahun sekali,” terangnya pada Sabtu, 10 Juli 2021.
Ke depan, Azzar berencana menjual hasil panenan melalui pihak pengepul. Sebab kalau ingin ekspor ke luar negeri, ia belum mempunyai surat izin ekspor.
Selain tahan lama, tidak terlalu rumit pemeliharaannya, harga jual mahal, bahan makanan yang rendah kalori, porang juga memiliki sisi kekurangan. Yaitu mempunyai getah gatal, dan masa pertumbuhan terhitung lama.
Dari informasi yang didapatkan, harga jual porang, kurang lebih sekitar Rp 70 ribu/kg. Sedangkan untuk yang basah, sekitar Rp 30 ribu/kg.
Selama dua tahun terakhir, di desa Azzar yang terletak di Desa Jrejeg, Kecamatan Modo, Kabupaten Lamongan, baru ada dua orang, termasuk Azzar, yang menanam tanaman porang. (Septia Annur Rizkia)