BREBES – Konten video perihal potensi desa di channel Youtube jadi salah satu yang menarik. Isinya bisa tema pertanian, perkebunan atau peternakan. Tak hanya mengakses beragam informasi dari Youtube, pemuda Brebes, Asep Wanda Saputra (23) justru getol membuat konten dan mengunggahnya.
“Tema nggak jauh-jauh dari potensi desa. Banyak potensi desa yang sebenarnya menarik untuk diunggah,” tutur Asep Wanda Saputra, Rabu, 31 Maret 2021 kepada Wiradesa.co. Dia berharap, dengan apa yang dilakukan, potensi masyarakat di sekitarnya menjadi lebih dikenal khalayak.
Asep yang juga lulusan Sastra Indonesia Unsoed menuturkan soal lahan kosong milik bapaknya yang ditanami kakao. Padahal bapaknya terbilang sembarangan dalam menebar biji kakao sekitar 2017 di lahan kosong tersebut.
Setelah lebih dari dua tahun, pohon kakao berbuah dan dapat dipanen. Dikatakan Asep, awalnya ada 15 pohon. Tetapi sekarang tinggal 8 pohon. Dijelaskannya, dari delapan pohon itu yang aktif berbuah tinggal empat pohon saja. Namun semua itu tak membuatnya kendor. Ia bertekad menggali potensi desa dan belajar memanfaatkan lahan dengan baik.

Di lahan berukuran 20 m x 20 meter, dilengkapi kolam ikan dan kandang ayam. Dituturkannya, hampir setiap hari dia pergi ke kebun untuk memberi pakan ikan dan ayam. Tak hanya itu, pohon kakao yang sudah mulai tumbuh lagi dan berbuah terus dirawat dengan baik. Diberi pupuk kotoran kambing, pupuk daun-daunan, akan menambah kesuburan tanaman. Bagian batang dipangkas seminggu sekali supaya mendapatkan sinar matahari yang cukup.
Tanaman kakao mudah dibudidayakan. Menurut Asep, penanaman tinggal menyebar biji. Kakao bisa tumbuh dengan sendirinya. Untuk penen, bila warna buah kakau sudah kuning pekat. Lalu dipetik serta dibelah menggunakan pisau. Biji kakao tinggal dikeringkan.
Menurut Asep yang tinggal di RT 2 RW 2, Desa Bentarsari, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes, ketika biji kakao sudah kering kemudian dijual ke pengepul. Harga sekitar Rp 20-21 ribu per kilo. (Nur Anggraeni)