Datang paling awal, pulang paling akhir. Inilah kesan terhadap pria yang berpenampilan rapi, baju lengan panjang, dan tutur bicaranya terjaga, selama dua hari pelaksanaan Sekolah Jurnalisme Desa di Pendopo Green Kayen, Sabtu-Minggu 19-20 Oktober 2024.
Pria berperilaku menawan itu bernama Dadang Hermawan. Dia Ketua Pokdarwis Green Kayen yang pada hari kedua, diminta menjadi narasumber untuk pembuatan karya jurnalistik para peserta SJD #6 yang diselenggarakan Wiradesa bersama Pemkal Condongcatur.
“Untuk bicara di depan, insyaAllah saya sudah tidak grogi lagi, karena dulu saya marbot masjid,” ujar Dadang Hermawan, mengawali pemaparannya tentang destinasi wisata Green Kayen. Sebelum diamanahi sebagai Ketua Pokdarwis Green Kayen, suami Rafiqa Rahmawati itu pernah menjadi marbot Masjid Nurul Hidayah Kayen.
Pengalaman dan terpaan menjadi marbot yang bertanggung jawab untuk mengurus masjid, terutama dengan kebersihan dan ibadah, menjadikan ayah dari Safina Azkia Hermawan dan Ashalina Najwa Hermawan memiliki tanggung jawab tinggi terhadap pekerjaan yang diamanahkan kepadanya.
Datang paling awal dan pulang paling akhir, itu merupakan salah satu wujud tanggung jawabnya sebagai Ketua Pokdarwis Green Kayen. Sikap itu tidak hanya diperlihatkan saat pelaksanaan kegiatan di tempat yang dikelola bersama timnya, tetapi juga dijalankan saat menghadapi masalah.
Saat kerja bakti, gotong royong, membersihkan tanah milik desa di pinggir Kali Boyong wilayah Padukuhan Kayen yang akan dijadikan destinasi wisata, tahun 2016, anak-anak muda dihadang oleh penggarap tanah. Terjadi mis atau kesalahpahaman antara pemuda warga Padukuhan Kayen dan penggarap tanah.
Untuk mencari jalan keluar, warga memercayakan Dadang Hermawan menjadi juru penengah antara warga Kayen juga Pemerintah Kalurahan Condongcatur dan keluarga besar penggarap tanah. “Saya ke rumah keluarga besar di Cebongan tiga kali dan juga ke rumah penggarap untuk kulonuwun,” ungkap Ketua Risma eNHaKa tahun 1999-2006 (remaja Islam Masjid Nurul Hidayah Kayen).
Dengan kerendahan hati sang juru penengah, akhirnya dicapai kesepakatan antara warga Kayen dan penggarap tanah. Keluarga besar penggarap menyatakan legowo, tanah yang statusnya milik desa itu dimanfaatkan untuk ruang terbuka hijau, hutan di tengah kota, dan tempat untuk melepas lelas, refreshing.
Setelah ada nota kesepakatan, Dadang Hermawan bersama empat partnernya bergerak, melangkah, dan berupaya agar mendapat bantuan dana untuk pembangunan Kawasan Green Kayen. Pertama memperoleh bantuan dana dari Dinas Pariwisata Sleman untuk pengadaan gazebo, tempat sampah, lampu taman, dan bangku taman.
Sebagai marbot masjid dan memiliki relasi dengan pengusaha ukir kayu di Jepara, harga gazebo bisa ditekan. Semula anggarannya hanya untuk satu gazebo, tetapi realisasinya dapat tiga gazebo. “Kebetulan pengusaha ukir kayu itu dulu menyumbang tempat mimbar masjid dan nomor hp-nya masih saya simpan,” papar pendiri Medina Software, yang memproduksi Stock-bill software retail management.
Kemudian, tahun kedua dengan dukungan Pemkal Condongcatur mengakses ke Dinas Tenaga Kerja DIY dapat bantuan dana untuk pengerasan jalan. Pembangunannya padat karya dengan sistem conblok, karena syaratnya melibatkan banyak orang. Dengan padat karya diharapkan ada pertumbuhan ekonomi di masyarakat.
Pada Juni 2023, pengelola merasa kewalahan untuk perawatan. Lalu muncul angkringan, inisiator pertama dan pemilik angkringan siap bertanggung jawab untuk kebersihan. Pokdarwis mengupayakan lighting, lampu, dan modal. Sekarang sudah berkembang, banyak pengunjung yang datang dan berdampak positif bagi pertumbuhan UMKM di Padukuhan Kayen.
Green Kayen yang dirancang untuk ruang terbuka hijau, terus tertata dengan baik. Awal tahun 2024, mulai dibangun mushola dan finishing pendopo. Mushola dibangun dengan swadaya masyarakat. Pendopo pindahan dari Kalurahan Condongcatur. Fasilitas umum, seperti toilet, sumur, listrik, tempat sampah, wifi, dan lainnya tersedia dengan standar destinasi wisata. Lingkungannya juga semakin membaik.
Ketua Pokdarwis Green Kayen bersama tim sudah merancang pengembangan Green Kayen ke depan yang fokus ke 3 hal pokok, yakni potensi alam, sumber daya manusia (SDM), dan budaya. Dengan pengembangan tiga hal tersebut, Dadang Hermawan merasa yakin dan mantap, kelak Green Kayen menjadi Kawasan yang hijau, rimbun dengan pohon-pohon langka, para warga, khususnya pemudanya kreatif dan inovatif, dan seni budayanya berkembang serta terjaga kelestariannya.
Sebenarnya dengan keahlian memproduksi Stock-bill software retail management, Dadang Hermawan pernah disodori kontrak oleh pejabat di Jambi untuk mengelola toko di Jambi Sumatera. Waktu itu, tanpa menyebut tahunnya, mantan marbot masjid ini digaji Rp 10 juta per bulan. Namun tawaran itu ditolaknya.
“Saya itu terbiasa kerja sosial. Rasanya tidak enak, kalau kerja untuk kepentingan pribadi,” tegas Dadang Hermawan. Dia merasa nyaman bekerja bersama masyarakat. Untuk keperluan keluarga, Dadang bersama istrinya mengelola Toko Safina di RT 05 RW 44 Kayen.
Bagi seseorang yang ditempa kehidupannya melalui marbot masjid, jiwa sosialnya terbentuk. Soal rejeki, dia yakin betul bahwa kehidupannya akan dijamin oleh Allah SWT. Bahkan tidak hanya kehidupan di dunia, tetapi di akhirat. “Barang siapa yang membersihkan masjid, insyaAllah, Allah bangunkan rumah di surga”. Itulah keyakinan Dadang Hermawan yang telah mewakafkan pikiran, tenaga, bahkan pendapatannya untuk pengembangan Green Kayen. (Ono)