KEBUMEN – Kondisi lingkungan Desa Logede yang dikelilingi tobong-tobong pembakaran genteng, kini sedikit lebih sejuk oleh kehadiran kebun pangan. Kebun pangan didirikan atas inisiatif ibu-ibu kader Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) sekitar akhir 2020.
Desa Logede salah satu desa sentra penghasil genteng Sokka di Kecamatan Pejagoan. Selain tumbuhnya pabrik genteng, lingkungan desa terdapat tungku atau tobong pembakaran genteng. Sebagai desa sentra penghasil genteng, masyarakat Logede jarang yang melirik sektor pertanian selain menanam padi “Sebagian besar warga di sini bekerja sebagai buruh genteng. Kebiasaan menanam atau bertani banyak yang kurang paham. Apalagi ibu-ibu, kebanyakan juga bekerja sebagai buruh genteng,” kata Ratna Desita Listyarini, Ketua Tim Penggerak PKK Desa Logede, kepada wiradesa.co, Senin, 26 April 2021.
Meski warga banyak yang berkecimpung di industri genteng namun kebiasaan gotong-royong terhitung kuat. Di desa yang terdiri atas 18 RT dan terbagi menjadi 5 RW kini merata dijumpai kebun pangan. “Warga gotong-royong mendirikan kebun pangan. Alhamdulilah, sekarang hampir di setiap RT ada kebun pangan,” imbuh Desi. Yang menggembirakan, kebun pangan yang tadinya hanya difungsikan sebagai sarana ketahanan pangan bersama, perlahan berkembang menjadi sumber ekonomi masyarakat.
Melalui kebun pangan diharapkan ibu-ibu yang mengurusi bisa mendapat tambahan sumber penghasilan. “Kebun pangan ini pengurusnya ibu-ibu PKK. Kalau pagi kerja di pabrik genteng, sore hari menyiram kebun. Harapannya, mereka bisa mendapat gaji hasil mengurus kebun. Untuk hasil panen kebun biasanya masuk ke kas RT,” imbuh Desi yang juga istri kepala Desa Logede. Adanya peluang tersebut menjadi penyemangat bagi ibu-ibu PKK.
Awal mulai mengurus kebun, semua jenis tanaman ditanam. Hasilnya, saat pertama kali membuka kebun semua tanaman mati. Tetapi mereka tak patah arang. Ibu-ibu membongkar lagi tanamannya, membuat media tanam dan menumbuhkan tanaman baru. Dijelaskan Desi, semua belajar bersama. Semua menyadari tangan-tangan mereka memang belum terbiasa bertani. Kebun pangan yang merupakan swadaya warga terus ditata dan diperbaiki. Saling gotong-royong dan belajar bersama jadi kunci utama.
Konsep pertama yakni menanam dengan cara semua tanaman dicampur dalam satu kebun dirasa kurang berhasil. Akhirnya, konsep kedua diterapkan. Konsepnya, 70 persen banding 30 persen. Misalnya 70 persen untuk komponen tanaman utama sayuran kangkung. Sisanya 30 persen tanaman lain sebagai pelengkap. Tujuan dari konsep ini supaya ketika panen hasilnya lebih terasa.
Ibu-ibu PKK Logede yang belum lama ini mendapat pelatihan dari Dispermades (Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa) mempunyai julukan Wani Lemper (Wanita Melek Perencanaan). “Kami diberikan ilmu terkait perencanaan pembangunan desa,” tegasnya. Setelah mengeksekusi konsep kedua, ibu-ibu anggota PKK sudah memikirkan tentang pengembangan konsep ketiga.
Konsep ketiga ialah saham yang baru akan dipraktikkan. Bermula dari diskusi bersama anggota PKK yang merasa belum balik modal ketika sudah merawat kebun. Mengatasi persoalan itu, para anggota PKK berkumpul mencari solusi terbaik. Akhirnya, muncul ide saham. Realisasi model saham, ada anggota yang setor modal nantinya disertai sistem bagi hasil.
Dari beberapa hal tersebut, Desa Logede terpilih mewakili Kabupaten Kebumen untuk mengikuti lomba Bulan Bakti Gotong Royong Tingkat Provinsi. “Kemarin bapak bupati pernah tindak ke sini meninjau secara langsung kondisi lingkungan Desa Logede,” tegasnya.
Menurut Desi, ada beberapa dasar yang menjadikan Logede terpilih mewakili Kebumen. Salah satunya kebun pangan di Logede sesuai dengan tema yang diajukan untuk lomba yaitu ketahanan pangan, inovasi dan sinergitas.
Ketahanan pangan berkaitan dengan kebun pangan yang ada di setiap RT. Lalu sinergitas berhubungan dengan adanya sinergi kekuatan antara PKK, karang taruna, bapak-bapak, ibu-ibu serta warga. Semua bergotong-royong bersama membangun kebun pangan desa. Kemudian untuk inovasi berkaitan dengan adanya konsep saham. Saham inovasi kerakyatan yang bertujuan menyejahterakan anggota.
Bentuk perlombaan dalam bentuk video. Tahap berikutnya, apabila video lolos lalu menuju investigasi. Untuk investigasi, pelaksanaan sehabis Lebaran. Desi pun menjelaskan tentang manfaat yang dapat diperoleh seperti dapat menjadi kegiatan ibu-ibu yang positif. Selain itu, juga menjadi wadah kerukunan bersama serta dapat mencukupi kebutuhan gizi keluarga dan yang pasti menjadi edukasi bersama seluruh warga di Logede. (Nur Anggraeni)