JAKARTA – Calon Presiden (Capres) Ganjar Pranowo mengungkapkan ada gap informasi (information gap) yang mengkhawatirkan di Indonesia. Akibat kesenjangan informasi itu, mengakibatkan sosialisasi tentang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, baik Pileg maupun Pilpres tidak sampai ke seluruh pelosok negeri.
“Baru saja saya dari Merauke Papua, di sana saya tanya kepada salah satu anak muda, berapa jumlah partai politik yang ikut pemilu, dia menjawab tidak tahu. Kemudian saya tanya lagi, berapa pasangan capres dan cawapres yang ikut pilpres, dia juga tidak tahu,” papar Ganjar Pranowo saat Bicara Pers Bersama PWI di Kantor PWI Pusat Jakarta, Kamis 30 November 2023.
Dengan adanya kesenjangan informasi itu, maka Pers di Indonesia, menurut Ganjar, memiliki peran penting untuk menyebarkan informasi ke seluruh pelosok negeri, mulai dari pedalaman Aceh sampai Papua. Sayangnya kondisi Pers di Indonesia sekarang sedang tidak baik-baik saja. “Ada dua hal yang tidak baik, yaitu tidak baik dari sisi bisnis dan tidak baik kredibilitasnya,” ujar Ganjar.
Masa transisi dari kovensional menjadi digital, kurang cepat diantisipasi oleh para pengelola perusahaan Pers di Indonesia. Akibatnya bisnis media menjadi lesu. Pendapatannya turun drastis dan porsi anggaran untuk media, banyak dinikmati oleh perusahaan platform digital internasional.
Para pengusaha media di Indonesia mengungkapkan ada 85 persen total pendapatannya atau total revenue diambil oleh perusahaan platform global. Tentu saja kondisi ini sangat memprihatinkan dan jika pemerintah tidak turun tangan, terkait dengan regulasi, maka kondisi Pers di Indonesia akan semakin terpuruk.
Terkait dengan kredibilitas, Ganjar mengemukakan sekarang ini banyak bermunculan media online di berbagai wilayah di Indonesia. Dari puluhan ribu media online itu, banyak media yang dikelola oleh pihak yang tidak paham dengan dunia Pers. Mereka tidak memahami dan melaksanakan Kode Etik Jurnalistik serta Undang Undang tentang Pers. Kondisi seperti ini yang menyebabkan Pers di Indonesia sedang tidak baik-baik saja.
Agar tidak semakin terpuruk, Ganjar memberikan tantangan pada pengusaha Pers di Indonesia agar berupaya keras meningkatkan kualitas para insan Pers. “Buatlah aplikasi yang sejajar atau lebih baik dari Google atau Youtube, biar revenue-nya tidak diambil oleh perusahaan platform global,” tegas Ganjar.
Persoalan situasi Pers di Indonesia yang sedang tidak baik-baik saja, awalnya dikemukakan Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu yang hadir sebagai panelis pada acara Ganjar Pranowo Bicara Pers Bersama PWI. Ninik mengutip apa yang dikemukakan Presiden Jokowi pada Hari Pers Nasional 2022 atau setahun yang lalu. Lantas Ketua DP meminta Ganjar untuk menanggapinya.
Mengawali kegiatan Capres Bicara Pers, Ketua Umum PWI Pusat Hendry Ch. Bangun menjelaskan agenda menghadirkan ketiga capres bicara Pers merupakan rangkaian dari kegiatan HPN 2024. Setelah Capres Ganjar Pranowo, PWI Pusat berusaha menghadirkan Capres Anies Baswedan dan Capres Prabowo Subianto. (Ono Jogja)