KULONPROGO – Kuliner ayam ingkung terbilang menu yang banyak digemari. Rasanya gurih, penyajian berupa satu ekor ayam utuh lengkap dengan kuah areh santan kental.
Pada zaman dahulu, sajian ingkung ayam terbatas buat keperluan selamatan tetapi kini ayam ingkung sudah familiar sebagai lauk makan yang istimewa. Tak mengherankan warung makan dengan jualan ayam ingkung bertebaran dan punya pelanggan masing-masing.
Selain menjadi menu andalan sejumlah warung hingga resto, kuliner ingkung ayam kampung atau ayam Jawa juga bisa dijumpai di pedesaan. Seperti diakui Pungkasanto, penjual ingkung ayam kampung asal Padukuhan Karangwetan RT 18 RW 9 Salamrejo Sentolo.
Menurut Santo, ingkung ayam kampung kini kerap disajikan misalnya saat kumpul keluarga besar, keperluan menyuguh tamu, atau hanya sekadar mengobati rasa kangen akan lezatnya makan ingkung.
“Memang zaman dulu ingkung ayam kampung jarang disuguhkan buat lauk. Dulu umumnya disajikan untuk keperluan selamatan. Kalau sekarang sudah menjadi kuliner umum yang banyak digemari,” ucap Santo kepada wiradesa.co, Senin 16 Oktober 2023.
Tak membuka warung khusus ingkung ayam, tetapi Santo biasa mengolah ingkung by order. Untuk bisa menikmati ingkung ayam bikinan dapur rumah Santo, para pelanggan terlebih dahulu harus memesannya.
“Masak ingkung sampai masak butuh waktu satu sampai dua jam bahkan bisa lebih tergantung besar kecilnya ayam sehingga tak bisa pesan dadakan,” imbuh Santo.
Hari itu, Santo mengolah lima ingkung ayam kampung dan satu rica-rica entok. Tiga pesanan pelanggan di Ngelo, dua dari Kidulan. Ia menyebut bobot ayam yang diingkung umumnya sekitar 1,5-2 kilogram, tetapi ada juga pelanggan yang memesan dengan bobot lebih berat sekitar 3,5 kilogram. Santo menjual ingkung ayam kampung dengan variasi harga antara Rp 120 ribu, Rp 150 ribu, Rp 200 ribu hingga Rp 250 ribu, tergantung ukuran dan berat ayam.
“Ingkung ayam jago, berat 3,5 kilogram bisa sampai Rp 250 ribu perekor. Kalau ayam yang 18 ons sekitar Rp 140 ribu,” ucapnya.
Santo mengisahkan, keluarganya mulai menjual ingkung ayam kampung sejak 2005. Dimulai pada masa sang ayah Ranyono Ciptosuwarno. Dulu ayahnya jualan ayam, sengaja membikin olahan ingkung ayam kampung dan banyak dipesan warga utamanya untuk keperluan selamatan. Selain ingkung juga mengolah opor dan rica-rica entok. Dipasarkan getok tular. Kini Santo mewarisi jualan ingkung dengan cita rasa ingkung original khas ndesa. Satu ingkung disantan dengan 1,5 sampai dua buah kelapa.
Aneka bumbu agar ingkung ayam kampung bikinannya lezat, ia punya resep khusus berupa resep bumbu tradisional. Bumbu seperti bawang merah, bawang putih, jahe, laos, kemiri, ketumbar, salam dan garam juga kalau mau manis ditambah gula jawa.
“Saya mengolah ingkung ayam tanpa campuran bahan penyedap. Bumbu sengaja dibikin tanpa ditumis agar cita rasanya alami. Masaknya pakai kayu bakar di pawon. Agar empuk dipilih ayam yang tak terlalu tua. Saat memasak jangan sering dibuka dan dibiarkan tanak,” jelasnya.
Dalam mengolah ingkung ayam, rica-rica entok dan bebek goreng Santo berkolaborasi dengan ibunya Mbah Dukuh Suwarni.
“Selain getok tular, sekarang mengikuti zaman. Promonya pakai media sosial,” ujar Santo yang siap mengirim sampai lokasi atau pesanan diambil ke kediamannya. (Sukron)