Iswanti, Layani Pesanan Batik Kantoran

KULONPROGO – Dua perempuan pembatik tampak tangkas memainkan canting di atas selembar kain biru yang telah terpola malam. Berbeda dengan torehan malam sebelumnya yang menggunakan teknik cap, torehan kedua mereka sebut sebagai mbironi atau menutup lilin dengan alat canting.

Iswanti pemilik rumah produksi batik menuturkan, teknik cap kombinasi batik tetap membutuhkan beberapa tahapan pengerjaan. “Tahapan pengerjaan ada beberapa proses. Tetapi dengan teknik cap kombinasi tulis pengerjaan masih lebih cepat ketimbang tulis murni. Pesanan seragam batik bagi perkantoran atau instansi umumnya minta dikerjakan cepat,” ujar Iswanti. Ditemui di rumah Griya Batik Senok miliknya di Mendiro, Desa Gulurejo, Lendah, Kulonprogo, Iswanti mengatakan, pesanan batik kepadanya banyak yang datang dari luar Jawa. Bermula dari instagram, pembeli memesan lewat aplikasi WhatsApp. Pemesan kontinyu bahkan beberapa pelanggan ada yang kemudian melongok rumah batiknya, melihat pengerjaan batik secara langsung.

Bagi Iswanti, bercerita perihal batik seperti halnya dia mengenang masa kecil. Sebab, kelas tiga SD dia sudah membantu ibunya nyanting. Batik cap, menurutnya cocok bagi perajin batik yang memang melayani konsumen masal. Meski dapat disebut keluar dari pakem, segmen pasar batik cap terbilang besar. Di rumah batiknya, Iswanti setidaknya memproduksi 200 lembar kain batik tiap bulan ketika musim ramai.

Baca Juga:  Kang Mul, Bangga Jualan Bibit Tanaman Buah

“Pengerjaan ditangani delapan pembatik, tiga pembuat cap. Bila motif mudah satu orang pembatik dapat merampungkan hingga sepuluh kain. Bila tak selesai, kain mereka bawa pulang dikerjakan lembur di rumah masing-masing,” ujarnya.

Dibandrol tiap kain batik antara Rp 85 hingga Rp 150 ribu, Iswanti mengaku sebagai perajin dia mengambil untung tak terlalu besar. Di samping melayani pesanan lembaga atau instansi baik pemerintah maupun swasta, produksi batik Iswanti juga masuk toko. Menjelang puasa, permintaan pesanan dari toko meningkat signifikan guna memenuhi kebutuhan sandang menyambut Lebaran.

Iswanti menuturkan, dari wirausaha batik yang ditekuni cukup lama, dalam skala usaha kecil menengah, kesejahteraannya tercukupi. Meski tak langsung beres seketika, rumah tinggalnya dibangun dari duit perolehannya dari usaha batik. “Barangkali jalan rezeki memang dari batik,” tutupnya. (Sukron)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *