KULONPROGO – Kajian Ahad Pagi PCM (Pimpinan Cabang Muhammadiyah) Dekso di Masjid Al-Mukhtar, Minggu (12/10/2025), menghadirkan narasumber Ustadz Mustofa Kamal S.Sy dari PP Al-Manar Muhammadiyah Pengasih, Kulonprogo. Sebelum kajian dimulai, para jamaah bersama-sama membaca Surah Al Baqarah ayat 153 sampai 167.
Dengan membaca Surah Al Baqarah ayat 153, jamaah diingatkan jika menghadapi berbagai persoalan, maka selalu mohon pertolongan kepada Allah SWT, bukan yang lain. Selain itu juga diingatkan untuk terus bersabar dan sholat. “Wahai orang-orang yang beriman. Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar”.
Kajian Himpunan Putusan Tarjih (HPT) yang mengambil topik “Tata Cara Wudhu Sesuai Tarjih Muhammadiyah” ini berlangsung khidmat, hangat, dan antusias. Narasumber tidak hanya menyampaikan materi secara lisan saja, tetapi juga mempraktikkan cara berwudhu sesuai hadist.
Ngaji yang diinisiasi Majelis Tarjih PCM Dekso pada Ahad Pagi dihadiri ratusan jamaah yang terdiri dari Pengurus PCM dan PCA Dekso, Pengurus PRM dan PRA se-PCM Dekso, Ortom dan Lembaga Dakwah di bawah naungan PCM Dekso, serta warga dan simpatisan Muhammadiyah di lingkungan PCM Dekso dan sekitarnya.
Ustadz Mustofa Kamal dari PP Al-Manar Muhammadiyah Pengasih, menjelaskan tata cara wudhu sesuai tarjih Muhammadiyah diawali dengan niat dan bismillah, lalu membasuh tangan, berkumur sambil menghirup air dan menyemburkannya, membasuh wajah, tangan hingga siku, mengusap kepala dan telinga, serta membasuh kaki hingga mata kaki.
“Tahapan-tahapan itu semua dilakukan secara tertib dan berurutan. Langkah terakhir membaca doa setelah wudhu,” ujar Ustadz Mustofa Kamal. Sebelum melaksanakan praktik berwudhu, pengasuh PP Al-Manar itu menawarkan kepada jamaah apa ada yang ingin bertanya.
Jamaah yang sebagian besar sudah sepuh atau orangtua tersebut, terlihat antusias untuk bertanya. Pertanyaan yang diajukan, antara lain perbedaan membasuh dan mengusap, apakah dalam membasuh itu bisa berkali-kali, apakah saat berdoa usai wudhu bisa ditambah, dan apakah berwudhu itu bisa dengan tanpa air.

Ustadz Mustofa Kamal menjelaskan membasuh itu dengan menekan, tetapi kalau mengusap itu hanya mengusap-usap, tanpa harus menekan. Sedangkan jumlahnya disesuaikan dengan hadist saja. Jika tiga kali yang tiga kali, tidak usah berkali-kali. “Alasan agar bersih, kalau tiga kali merasa kurang bersih, itu hanya perasaan diri aja. Jadi yakinlah itu sudah bersih,” jelasnya.
Soal tambahan doa, Ustadz Mustofa Kamal, mengemukakan doa seperti bacaan “Asyhadu alla ila ha ilallah wahdahu la syari kalah, wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa rasu luh” itu sudah cukup dan 100 persen sudah dianggap sah. “Kalau mau ditambah boleh-boleh saja, tetapi kalau yang pendek dan mudah saja sudah sah, kenapa harus ditambah-tambah,” tegas Ustadz Mustofa Kamal.
Sedangkan jika tidak ada air, maka wudhu bisa dilaksanakan dengan Tayamum. Caranya dengan membaca basmallah dan niat. Kemudian menepuk debu, mengusap wajah, mengusap tangan, menyapu sela jari, dan dijalankan dengan tertib.
Selanjutnya Ustadz Mustofa Kamal meminta sebotol air kepada takmir masjid untuk mempraktikkan tata cara wudhu sesuai tarjih Muhammadiyah. Ternyata dengan air yang tidak banyak, sudah bisa untuk berwudhu.
Ketua MT PCM Dekso Slamet Sulbani mengumumkan pada Kajian Ahad Pagi selanjutnya akan mengambil topik tentang Sholat. Kajian ini berdasarkan pada putusan tarjih Muhammadiyah. (Ono)








