Kunir Putih Berdayakan Ibu-ibu Rumah Tangga

Martini (56) sedang mengupas kunir putih (Foto: Dina Oktaferia/Wiradesa.co)

BANTUL – Pada Hari Minggu (07 Februari 2021), Prof. Dr. Ir. Hj. Dwiyati Pujimulyani, M.P. menyambut Tim Wiradesa di rumahnya yang terletak di Desa Plawonan, Sedayu, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pertemuan ini memperbincangkan, antara lain mengenai penelitian dan usaha kunir putih yang dijalankan Dwiyati sejak tahun 2004. Dalam merintis usaha Windra Mekar miliknya, Dwiyati dibantu para ibu rumah tangga di desanya sebagai salah satu bentuk pemberdayaan perempuan dan pengabdiannya kepada masyarakat.

Penyediaan lapangan pekerjaan merupakan salah satu alasan Dwiyati dalam melibatkan ibu-ibu di sekitar tempat tinggalnya untuk bekerja di usaha kunir putihnya. Sebagian besar dari ibu-ibu yang terlibat memang merupakan ibu rumah tangga yang memiliki waktu luang. Selain alasan pemberdayaan, ia memaparkan bahwa alasan lainnya adalah edukasi kepada masyarakat mengenai pemanfaatan lahan. “Kesempatan untuk bekerja dan memperoleh pemasukan disambut baik oleh tetangga-tetangga saya,” tegasnya.

Dwiyati menjelaskan bahwa insentif yang diberikan kepada ibu-ibu pekerjanya tidak selalu sama setiap harinya. Upah tergantung pada seberapa banyak ember kunir putih yang dapat dikupas. Martini (56), salah satu pekerja perempuan di Windra Mekar, mengungkapkan bahwa sekitar 30 ibu-ibu yang terlibat dalam industri ini berperan dalam mengupas kunir-kunir yang sudah dipanen. “Satu ember dihargai sepuluh ribu dan biasanya sehari dapat mengupas tiga hingga lima ember sebelum disalurkan ke pemotongan,” tutur Martini.

Baca Juga:  Slamet 'Aliando' Riyanto; Siapkan Lahan Hijau Buat Pakan Ternak Kambing PE
Rimpang kunir putih (Foto: Dina Oktaferia/Wiradesa.co)

Selama pandemi, Dwiyati mengaku bahwa tidak ada perbedaan dalam aspek sumber daya manusia, terutama bagi ibu-ibu pekerja. Kegiatan dapat terus berlangsung karena para pekerja merupakan orang-orang yang tempat tinggalnya di sekitar tempat usaha. Meski demikian, Dwiyati menegaskan bahwa protokol kesehatan tetap diterapkan dan menciptakan kerumunan tidak diperkenankan. “Karena pegawai merupakan orang-orang lokal, pekerjaan tetap berjalan seperti biasanya dan tidak ada kendala selama pandemi,” pungkas Dwiyati.

Martini yang sudah bergabung dalam Windra Mekar sejak tahun 2010 mengaku bahwa selain bertujuan untuk membantu Dwiyati, kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan penghasilan. Meski kunir putih hanya dipanen setahun sekali saat musim kemarau, ia mengungkapkan bahwa hubungan bersosialisasi antar ibu-ibu desa dipererat dengan adanya kegiatan ini. “Rasanya senang ketika bisa berkumpul ramai-ramai dan kegiatan ini selalu ditunggu oleh ibu-ibu yang lain,” ujarnya.

Ternyata kunir putih, selain menyehatkan, juga memberdayakan, dan juga menyenangkan, khususnya bagi ibu-ibu rumah tangga. (Dina Oktaferia)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *