Lahir Kembali Jathilan “Laras Prasojo” Aset Kebudayaan Dusun Penjalin

Pentas Jathilan “Laras Prasojo” di Dusun Penjalin, Donomulyo, Nanggulan, Kulonprogo, Minggu (19/3/2023). (Foto: Wiradesa)

MINGGU, 19 Maret 2023, grup kesenian Jathilan “Laras Prasojo” Dusun Penjalin, Donomulyo, Nanggulan, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, melaksanakan pentas perdana setelah vakum beberapa waktu. Bangkitnya grup kesenian ini dipelopori oleh Hendrik Sulistiono yang juga Carik Kalurahan Donomulyo.

Di Dusun Penjalin sudah ada grup kesenian jathilan sejak tahun 1960. Grup kesenian jathilan yang digemari masyarakat sudah ada sejak dulu. Pernah pentas di beberapa tempat juga namun timbul dan tenggelam. “Sehingga hari inilah sebagai wujud nguri-uri kabudayan Jawi,” ujar Hendrik Sulistiono.

Pementasan grup jathilan “Laras Prasojo” dimulai pukul 13.00 WIB. Pertunjukkan ini berjalan dengan sangat enerjik dan meriah. Pasalnya, warga yang menonton pentas jathilan sangat banyak, dari anak-anak sampai dengan orang tua. “Bethek” yang dibuat panitia sebagai batas penonton pun sampai tidak terlihat karena saking ramainya masyarakat yang menonton.

Salah satu penonton, Imas Hana Hanifah (warga Penjalin) merasa senang bisa menonton jathilan Laras Prasojo. Menurutnya, jathilan Laras Prasojo merupakan grup kesenian tradisional milik dusunnya sendiri. Sehingga kalau biasanya menonton jathilan jauh harus ke dusun lain, sekarang dekat. “Kami bangga di dusun ini memiliki warisan budaya yang tentunya tidak semua dusun memilikinya,” tegas Imas.

Baca Juga:  Kera Kaliurang Turun Gunung

Sedangkan Dukuh Penjalin, Dewi Ambarwulan mengemukakan dengan adanya grup kesenian jathilan Laras Prasojo, dampaknya sangat bagus sekali bagi masyarakat. Bisa mengangkat bakat anak-anak, muda-mudi, maupun orang tua, khususnya di Dusun Penjalin dan juga sekitarnya. Selain itu juga memberikan sarana penyaluran bakat anak-anak muda ke hal positif dan juga tentunya nguri uri kabudayan.

“Harapannya nanti bisa berlanjut, menimbulkan semangat orang-orang lain untuk ikut dan jadi bisa lebih ramai. Respon dari masyarakat juga sangat bagus dan sangat mendukung lahirnya kembali jathilan Laras Prasojo ini,” papar Dewi Ambarwulan.

Kesenian jathilan merupakan seni tradisional yang telah lama dikenal oleh masyarakat di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah (Jateng). Kesenian jathilan juga dikenal dengan nama kuda lumping, jaran kepang, atau kuda kepang,

Jathilan berasal dari kalimat berbahasa Jawa, “Jaranne jan thil-thilan tenan”. Artinya kudanya benar-benar joget tak beraturan. Meski sepertinya tidak beraturan, tetapi tetap mengikuti irama musik yang mengiringinya.

Ada kisah di balik seni jathilan. Kesenian jathilan, menurutnya cerita, mengisahkan perjuangan Raden Patah yang dibantu Sunan Kalijaga. Sunan yang terkenal di tanah Jawa ini sering menggunakan budaya, tradisi, dan kesenian sebagai sarana pendekatan kepada rakyat. Cerita perjuangan dari Raden Patah digambarkan dalam bentuk seni tari jathilan.

Baca Juga:  Prodi MM UGM Kampus Jakarta Pertahankan Akreditasi Unggul LAMEMBA

Jathilan juga dikenang sebagai gambaran perjuangan era perang Jawa. Rakyat mendukung perjuangan menggunakan properti kuda tiruan yang terbuat dari bambu sebagai bentuk apresiasi sekaligus dukungan terhadap prajurit Pangeran Diponegoro.

Bangkitnya grup kesenian jathilan di Dusun Penjalin harus mendapat dukungan para pemuda-pemudi setempat. Anak muda harus berperan untuk nguri-uri dan mengembangkan seni tradisional di tanah leluhurnya. Caranya dengan menulis, mendokumentasikan, dan mempublikasikan seni jathilan ke berbagai pelosok dunia. (Iryaprima)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *