Senin Kliwon di Bulan Sapar 1958 Je, tepatnya tanggal 26 Agustus 2024, suasana beberapa padusunan di wilayah Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, tampak ramai. Berbagai kesenian tradisional dipentaskan dan hampir semua warga membuka pintu bagi keluarga yang akan berkunjung.
Wilayah Kecamatan Ngablak berada di sekitar Gunung Andong, Gunung Telomoyo, dan Gunung Merbabu. Tanahnya subuh, udaranya sejuk, dan masyarakatnya guyup rukun serta sampai sekarang masih menjalankan tradisi nenek moyang leluhurnya. Mereka selalu bersyukur atas nikmat dan hasil panen tanamannya.
Wartawan Wiradesa.co Senin (26/8/2024) berkesempatan berkunjung ke Dusun Bandongan Kulon, Kalurahan Ngablak, Kecamatan Ngablak. Untuk mencapai Bandongan Kulon dari Pasar Ngablak melewati Bandongan Wetan. Saat mau masuk Dusun Bandongan Wetan jalan utama ditutup, karena dipakai untuk pementasan kesenian tradisional memeriahkan tradisi Saparan.
Ternyata Saparan yang digelar pada Senin Kliwon di Bulan Sapar tidak hanya di Padusunan Bandongan Wetan, tetapi juga di Bandongan Kulon. “Hampir semua dusun di wilayah Ngablak itu melaksanakan tradisi Saparan atau sekarang lebih dikenal dengan bersih dusun,” ujar Sarwadi, mantan Dukuh Bandongan Kulon.
Selain menggelar Saparan pada Senin Kliwon, ada juga padusunan yang melaksanakan Saparan pada Jumat Kliwon. Dusun-dusun yang memeriahkan Saparan pada Jumat Kliwon, antara lain Dusun Wonolobo, Gondangan Wetan, Sawit, dan Gogik. Sedangkan seni pertunjukkan yang ditampilkan, di antaranya Seni Gedruk, Warokan, Soreng, Kuda Lumping, dan Topeng Ireng.
Saat merayakan Saparan 1958 Tahun Je, warga Padusunan Bandongan Kulon menggelar Wayangan atau pentas wayang kulit, sehari semalam. Siangnya menampilkan dalang Ki Yatno, sedangkan malamnya menghadirkan dalang dari Yogyakarta.
Pelaksanaan Saparan di Bandongan Kulon terlihat semarak, karena sepanjang jalan dipenuhi dengan para penjual makanan, minuman, dan mainan. Selain itu juga sejumlah mainan anak, seperti mobil-mobilan, main bola, dan mewarnai. Juga ada penawar jasa naik kuda. Harganya Rp 20.000 untuk satu anak. Jika untuk dua anak bayar Rp 30.000.
Rombongan Wiradesa.co sampai di Bandongan Kulon Senin pukul 13.15. Tempat yang pertama dituju rumah Pak Sumadi. Bapak ini termasuk salah satu sesepuh di Bandongan Kulon. Pak Sumadi merupakan ayah dari Sarwadi, dulu Dukuh Bandongan Kulon sekarang mengundurkan diri karena sakit atau berhalangan tetap.
Begitu masuk ke rumah Pak Sumadi, aneka makanan sudah tersaji yang digelar di tikar lantai bawah, maupun di meja. Makanan yang disajikan, mulai dari kacang rebus, pisang, jadah, wajik, rasikan, dan berbagai aneka kue. Sedangkan minumannya dibuat langsung oleh Bu Sumadi dan disajikan saat masih panas.
Setelah berbincang soal keadaan keluarga dan tanya soal kondisi Bapak dan Ibu Guru, khususnya Pak Suryono dan Bu Ngatirah yang dulu mengajarkan anak-anaknya di SD Bandongan Kulon, wartawan Wiradesa.co diajak masuk ke ruang makan untuk makan nasi dan lauk yang sudah disediakan.
Hampir semua rumah di Padukuhan Bandongan Kulon dibuka pintunya dan terbuka bagi tamu keluarga. Makanan sajiannya juga hampir sama. Selain ke rumah Pak Sumadi, Wiradesa.co juga berkunjung ke rumah Pak Kabul, Mas Sarwadi, dan Mas Yudi. Masuk ke empat rumah tersebut juga harus empat kali makan. Bisa dibayangkan perut semakin buncit.
Rasa kekeluargaan dan gotong royong warga Bandongan Kulon begitu tinggi dan sangat membanggakan. Meski kami baru bertemu satu kali, tetapi sudah dianggap seperti keluarga, karena berkaitan dengan bapak dan ibu guru yang pernah mengajar anak-anaknya.
Budaya gotong royong juga masih tinggi. Gotong royong itu tidak hanya diwujudkan dalam kerja bakti atau menyiapkan panggung seni tradisi, tetapi juga biaya yang diperlukan. Dusun Bandongan Kulon terdiri dari 140 kepala keluarga. Untuk melaksanakan tradisi Saparan tahun 2024, setiap kepala keluarga iuran Rp 200.000. Besarnya iuran itu hasil kesepakatan dan semua warga menaatinya.
Terasa asyik dan mengesankan berupaya melestarikan tradisi Saparan dengan berkunjung keluarga ke Bandongan Kulon dan sekitar Gunung Andong, Telomoyo, Merbabu dengan Naik Kuda. Sewa kuda tidak mahal, hanya dengan Rp 50.000 sudah bisa menyusuri jalan-jalan di area tanaman sayur mayur dan melihat indahnya pemandangan gunung-gunung yang ada di sekitar Ngablak, Magelang, Jawa Tengah. (Ono)