Membangun Ekonomi Syariah Melalui Kemandirian Pesantren

Foto: Ist/Wiradesa

YOGYAKARTA – Pesantren memiliki potensi yang sangat besar dalam ekonomi syariah nasional secara inklusif. Untuk itu, Bank Indonesia menempatkan penguatan ekonomi pesantren sebagai salah satu kunci sumber pertumbuhan baru dalam ekosistem ekonomi syariah.

“Saat ini pesantren tidak lagi hanya berperan sebagai lembaga pendidikan berbasis keagamaan, tetapi juga sebagai tempat pemberdayaan sosial ekonomi bagi santri dan lingkungan sekitar. Pesantren menjadi simpul masyarakat yang sangat berpengaruh dalam menggerakkan masyarakat dalam penguatan ekonomi dan keuangan syariah,” ucap Deputi Kepala Perwakilan BI DIY Miyono saat membuka Seminar “Model Bisnis Pesantren Inovatif”, Rabu 29 September 2021.

Acara tersebut lanjut Miyono, merupakan rangkaian kegiatan Festival Ekonomi Syariah Regional Jawa 2021, yang dibuka Senin, 27 September 2021. Fesyar Jawa 2021 merupakan hasil kolaborasi Bank Indonesia, Pemerintah Daerah, Himpunan Ekonomi dan Bisnis Pesantren (Hebitren), dan pihak terkait lainnya, sebagai wujud komitmen bersama untuk mengembangkan ekonomi syariah di Indonesia, terutama di Jawa.

Hingga 2020, program pengembangan kemandirian ekonomi pesantren yang dilakukan Bank Indonesia secara nasional telah diimplementasikan di 352 pesantren yang tersebar di 34 provinsi. Capaian program replikasi 2020 berhasil mendorong terealisasinya penurunan biaya operasional (cost reduction) atau peningkatan pendapatan (generate income/revenue stream) pada pesantren-pesantren yang menjadi target program replikasi kemandirian ekonomi pesantren.

Baca Juga:  BI DIY Terus Upayakan Agar UMKM Bisa Go Global dan Go Digital

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta dan 46 Kantor Perwakilan di seluruh Indonesia, ungkap Miyono, sejak 2015 hingga saat ini telah melaksanakan program pengembangan kemandirian ekonomi pesantren dan Pengembangan Himpunan Ekonomi dan Bisnis Pesantren (Hebitren) Koordinator Wilayah DIY. “Tentu saja dalam mewujudkan program-program tersebut Bank Indonesia berkolaborasi dengan Kementrian Agama Republik Indonesia, Badan Wakaf Indonesia (BWI), Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), Yayasan Edukasi Wakaf Indonesia (YEWI), Dinas Koperasi dan UKM, Perguruan Tinggi, Lembaga Pendamping dan pihak terkait lain untuk mendukung penguatan kelembagaan bisnis, digitalisasi keuangan dan pemasaran Hebitren, penguatan dan pengembangan model bisnis Hebitren dan membangun ekosistem bisnis antar pesantren,” ujar Miyono dalam pembukaannya.

Kisah sukses kemandirian ekonomi pesantren dapat dipelajari antara lain pada pesantren mitra Bank Indonesia yang hadir sebagai narasumber hari ini, salah satunya Ponpes Assalafiyyah Mlangi, Yogyakarta. Pesantren Assalafiyah berhasil menyabet juara I pesantren yang memiliki berbagai unit usaha yang produktif dan inovatif sehingga berjaya dalam kemandirian ekonomi pesantren dalam ajang Fesyar Jawa 2021. Turut hadir dalam kesempatan tersebut sebagai narasumber adalah Pondok Pesantren Manbaul Ulum, Jember dan Pesantren Al-Mizan, Cirebon yang juga memaparkan inovasi yang dilakukan.

Baca Juga:  BI DIY Launching “SIAP QRIS” di JCM

Di tengah keterbatasan mobilisasi, Bank Indonesia secara konsisten terus bersinergi mengimplementasikan berbagai program pengembangan ekonomi dan keuangan syariah. (Sukron)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *