Meski Belum Diumumkan, Mada Sukmajati: Kans Ganjar Pranowo Kuat

Mada Sukmajati (kiri) menyampaikan kalkulasi politik pada Pemilu dan Pilpres 2024. (Foto: Wiradesa)

YOGYAKARTA – Narasi pada Pemilihan Presiden 2024 yang mulai bergulir dan hangat jadi perbincangan umumnya masih terjebak seputar nama kandidat. Setiap nama yang muncul diasumsikan punya program.

Pakar UGM yang tampil pada Diskusi Pojok Bulaksumur bertema Menyambut Tahun Politik 2024 Kamis 12 Januari 2023 sepakat agar UGM dan kampus lain harus mulai mengangkat soal program bukan semata terjebak pada pembicaraan seputar siapa calon presiden.

“Ide, gagasan, pemikiran lebih bersifat jangka panjang,” ucap Pakar Politik UGM Mada Sukmajati yang tampil sebagai narasumber bersama Pakar Komunikasi UGM Nyarwi Ahmad dan Pakar Hukum Tata Negara UGM Andi Sandi.

Tentang prediksi siapa dan berapa jumlah calon presiden pada Pilpres 2024 Mada mengaku belum bisa memprediksi. Dia mengatakan, situasi akan lebih mudah bila Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri mengumumkan siapa capres yang bakal diusung partainya.

“Kemarin (HUT ke-50 PDIP pada 10 Januari 2023-red) Bu Mega belum mengumumkan. Ketika Bu Mega belum mengumumkan maka misteri masih perlu diperpanjang,” gurau Mada sembari menyebut sementara ini khalayak terbetot perhatiannya pada nama Anies Baswedan yang telah dideklarasikan sebagai capres oleh Partai Nasdem beberapa waktu lalu. Mada mengingatkan nama lain yakni Prabowo Subianto, juga memiliki posisi strategis dalam pencapresan.

Baca Juga:  TV Digital di Yogyakarta Bisa Menangkap 31 Channel

“Yang banyak dieksplor baru Anies dan Ganjar. Siapa tahu yang kurang dieksplor justru mainnya kencang,” imbuh Mada.

Meski belum mengumumkan siapa capresnya, dari dinamika di internal PDIP, prediksi Mada sudah gamblang. Menurut Mada, meski belum diumumkan kans Ganjar Pranowo cukup kuat. “Kalau bukan Ganjar, siapa lagi?,” imbuhnya.

Mada pun menerangkan kecenderungan para pemilih yang tak banyak mengalami pergeseran. Dia menilai sedikit sekali pemilih yang bergeser memilih partai dengan ideologi berbeda. Demikian pula soal pilihan pada Pilpres dengan kecenderungan memilih calon yang identik dengan partai. Pada Pilpres lalu, orang yang pilih PDIP akan pilih Jokowi, mereka yang mencoblos Gerindra cenderung akan memilih Prabowo.

“Dalam survei-survei yang kredibel ada banyak harga yang harus dibayar bila PDIP tak mencalonkan Ganjar. Bu Mega sudah mengatakan calon berasal dari kader. Sementara kader ada dua yang punya elektabilitas kuat yaitu Ganjar Pranowo (GP) baru Puan Maharani (PM). Kalau mau mencalonkan PM harus dipikir perolehan suara untuk Pileg. Bu Mega yang sangat matang pasti sudah berhitung,” sambung Mada sambil menyebut apa yang dikatakannya itu sebagai kalkulasi rasional.

Baca Juga:  TNI AD Bantu Pemerintah Optimalkan Program Ketahanan Pangan dan Pengadaan Air Bersih

Dengan belum diumumkannya nama oleh PDIP, perhatian publik bakal fokus ke Ganjar. Jadi, lanjut Mada, hal itu merupakan sinyal Bu Mega masih akan memberi kesempatan kepada Ganjar untuk membuktikan diri bahwa dia layak diberi tiket. “Mumpung masih jadi gubernur ayo optimalkan kinerja untuk kesejahteraan rakyat. Jangan andalkan gimmick, bola ada di tangan Ganjar,” ungkap Mada.

Menyikapi belum dideklarasikannya calon presiden oleh PDIP, dalam pengamatan Nyarwi Ahmad, bahwa Bu Mega meski tak secara eksplisit menyebutkan, tampaknya ingin menegaskan bahwa partainya punya ideologi kuat sehingga tak mudah terseret dinamika elektoral bertarung di lini capres dan cawapres.

“Tentu secara internal masih akan dipantau sejauh apa kesiapan masing-masing kandidat yang akan diusung ketua partai. Karena siapa yang akan diusung punya poin penting pada konstelasi politik yang lebih besar, tentang sikap politik, koalisi partai dan seterusnya. Sebab pertarungan politik tak hanya di lini capres tapi juga di lini cawapresnya,” pungkas Nyarwi. (Sukron)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *