Musim Kemarau Saatnya Nyeberang Lewat Jembatan Sesek Ngentakrejo

Seorang warga tengah nyebrang jembatan (Foto: Wiradesa)

KULONPROGO – Jembatan sesek yang menghubungkan wilayah Ngentakrejo, Lendah dengan wilayah Mangir Lor Sendangsari, Pajangan sangat penting artinya bagi masyarakat khususnya pengguna sepeda motor baik mereka yang tinggal di sisi barat maupun timur Kali Progo. Jembatan sesek sepanjang sekitar 80 meter tersebut memperpendek jarak dan mempersingkat waktu tempuh.

“Kalau memperpendek jarak tempuh jelas, iya. Misal mau melewati jalur lain selisih jarak 5 kilometer itu pasti. Misal mau ke Bantul dari Lendah lewat Bendung Sapon, Bendung Kamijoro, atau lewat Jembatan Bantar atau Jembatan Srandakan malah lebih jauh lagi,” kata penjaga jembatan sesek Ngentakrejo, Iwan yang berjaga menuggu di pos sisi timur.

Keberadaan jembatan sesek hanya ada pada musim kemarau. Kemarau musim ini, kata Iwan, jembatan sesek mulai dibangun awal Agustus lalu. “Begitu musim hujan datang banjir, jembatan roboh diterjang arus. Kayu, bambu penyangga jembatan menepi. Bambu dan kayu dikumpulkan untuk dipakai lagi pada kemarau berikutnya. Awal Agustus lalu mulai dibangun. Butuh waktu pengerjaan sekitar seminggu,” tambahnya saat ditemui pada Rabu 8 September 2021.

Baca Juga:  12 Kampus di Asia Bahas Critical Island Studies di UGM

Iwan mengatakan, jembatan sesek telah ada sejak lama. Dibangun dengan modal dari perorangan. Sedangkan penjaga sehari-hari bekerja berdasar shift. “Shift pagi dari Subuh sampai pukul 09.00. Siang pukul 09.00-16.00. Yang jaga sore dari pukul 16.00 hingga 20.00. Ada empat orang yang jaga bergiliran,” tutur Iwan.

Para penjaga jembatan sesek mendapat uang lelah dari pemasukan kas yang diberikan para penyeberang. Tiap kali menyeberang rata-rata satu pemotor memasukkan Rp 2000 ke kotak yang disediakan. Penjaga jembatan sesek seperti Iwan dalam sehari bisa mendapatkan pemasukan Rp 40-60 ribu. “Antara pemodal dan penjaga saling berbagi. Termasuk untuk perawatan jembatan,” imbuhnya.

Tiang-tiang dan penyangga jembatan dari bambu, lantai jembatan dipilih menggunakan papan kayu. Antara papan dan tiang diikat kawat serta tali bambu. Begitu pun dengan tiang-tiang penyangga jembatan. Meski sehari dilalui ratusan motor, kayu dan bambu bisa tahan hingga tiga musim kemarau.

“Pengguna jembatan sesek dari semua kalangan. Meski ketika dilalui sepeda motor papan lantai jembatan sangat berisik bunyi klotak-klotak namun tetap aman. Asal kendaraan melaju pelan,” ucapnya. (Sukron)

Baca Juga:  Akibat Gempa 6,4 SR Berpusat di Barat Daya Bantul, 15 Rumah Alami Kerusakan

Lihat video Nyeberang Lewat Jembatan Sesek Ngentakrejo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *