SUMENEP – Banyak petani mulai menanam tembakau, hal itu membuat pengrajin tikar kembali giat berproduksi.
Di Madura tikar yang terbuat dari daun siwalan, biasanya dijadikan sebagai bungkus tembakau yang sudah siap dijual atau diangkut ke gudang.
Membuat tikar dilakukan Addus setiap hari saat musim tembakau telah tiba. Dia memanfaatkan daun siwalan miliknya untuk dijadikan tikar. “Daun siwalan saya dapat dari pohon milik saya sendiri,” katanya saat ditemui wiradesa.co, di Desa Lembung Barat, Kecamatan Lenteng, Kabupaten Sumenep, pada Sabtu 12 Juni 2021.
Dalam sehari dia bisa membuat dua tikar. Untuk membuat tikar, butuh ketelatenan dan kesabaran. Selain karena memakan waktu yang lama, harganya pun murah.
“Dalam sehari karena tidak terlalu cepat, saya bisa membuat dua tikar. Membuat tikar harus telaten agar rapi,” katanya.
Untuk harga dia mengatakan, setiap satu tikar dijual seharga Rp 22 ribu. Memproduksi tikar hanya dijadikan penghasilan sampingan baginya. Sedangkan pekerjaan utamanya sebagai petani.
Tikar yang diproduksi tidak jual langsung kepada petani, tetapi dia jual ke gudang yang tidak jauh dari rumahnya. Hal itu karena menjual tikar langsung ke petani tidak gampang. Membutuhkan tenaga ekstra.
“Harga satu tikar saya jual ke gudang Rp 20 ribu. Ke gudang karena sulit bila mau jual langsung ke petani. Lebih ribet,” ucapnya.
Laki-laki asal Lenteng menerangkan tahapan awal pembuatan tikar, pertama daun yang baru diambil harus dijemur terlebih dahulu sekitar setengah hari, hingga berubah warna. Kemudian setelah itu daun tersebut diiris-irus panjang, kemudian dibuatlah tikar pembungkus tembakau. (Syarifuddin)