Kawasan Sentra Produksi Perikanan “Mina Mitra” yang terdiri dari 10 kelompok pembudidaya ikan (pokdakan) di Kalurahan Banjarharjo, Kalibawang, Kulonprogo, sebagian besar memproduksi ikan lele. Namun hasil produksi ikan lelenya belum mampu memenuhi kebutuhan pasar di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah (Jateng).
Berdasarkan data yang diungkapkan Ketua Pokdakan “Alam Tirto” Padukuhan Duwet II, Mukhamat Karir, pada bulan Agustus 2024 KSPP “Mina Mitra” Banjarharjo memproduksi ikan lele sebanyak 15,935 ton. Jika diasumsikan setiap 3 bulan panen, maka dalam satu tahun, empat kali panen menghasilkan sekitar 64 ton ikan lele.
Pada hari Selasa (3/9/2024) saat panen raya lele, wartawan wiradesa.co bertemu dengan dua pedagang ikan, satu dari Moyudan Sleman dan satunya dari Borobudur Magelang, yang membeli ikan lele di kolam-kolam di Padukuhan Duwet II. Kolam-kolam ini merupakan pusatnya KSPP “Mina Mitra” Banjarharjo.
Pedagang ikan dari Moyudan, Bu Parti dan suaminya Pak Ijan, hari itu membeli ikan lele 6 kuintal. Bu Parti mengaku membeli ikan di Banjarharjo setiap tiga hari sekali. Jika pengakuannya ini benar, maka pedagang di wilayah DIY ini membeli 60 kuintal dalam sebulan atau 6 ton ikan lele. Jika satu tahun membutuhkan 72 ton.
Sedangkan pedagang ikan dari Borobudur, Bu Minah, pada hari yang sama membeli 7 kuintal. Dia juga mengaku setiap tiga hari sekali membeli ikan lele di wilayah KSPP “Mina Mitra” Banjarharjo. Jika pembelian itu rutin dilakukan dengan jumlah yang sama, maka pedagang ini membeli 70 kuintal dalam sebulan atau 7 ton ikan lele. Jika satu tahun memerlukan 84 ton.
Jika ditotal untuk kebutuhan dua pedagang dari wilayah DIY dan Jateng tersebut dalam satu tahun 156 ton. Padahal produksi ikan lele KSPP “Mina Mitra” dari 10 pokdakan di wilayah Kalurahan Banjarharjo hanya 64 ton. Sehingga jumlah produksinya tidak bisa memenuhi kebutuhan pasar. Hasil produksinya hanya 41,02 persen dari kebutuhan pasar. Ini artinya potensi pasar ikan lele di DIY dan Jateng masih besar. Untuk itu upaya peningkatan produksi ikan lele harus terus dilakukan.
Bantuan 82 Unit Kolam
KSPP “Mina Mitra” Banjarharjo pada Juli 2024 mendapat bantuan pembangunan 82 unit kolam dari dana keistimewaan. Dengan bantuan tersebut, maka diprediksi akan ada tambahan produksi ikan lele sekitar 20,5 ton sekali panen atau setiap tiga bulan. Perhitungannya satu kolam bulat (dengan sistem bioflok) setiap 3 bulan menghasilkan 2,5 kuintal. Sehingga total 82 kolam akan memproduksi 205 kuintal atau 20,5 ton ikan lele. Satu tahun bisa memproduksi 82 ton.
Dengan tambahan produksi ikan lele 82 ton, maka produksi ikan lele dari KSPP “Mina Mitra” Banjarharjo menjadi 146 ton per tahun. Pasar ikan lele membutuhkan 156 ton. Kekurangan 10 ton menjadi tantangan 10 pokdakan di Kalurahan Banjarharjo untuk berusaha meningkatkan produksi ikan lelenya.
Bu Parti pedagang ikan lele asal Sumbersari Moyudan mengemukakan harga beli ikan lele ke pokdakan Rp 20.000 per kilogram. Jika produksi ikan lele di KSPP “Mina Mitra” Banjarharjo 146 ton per tahun, maka ada uang Rp 2.920.000.000 yang masuk ke kelompok pembudidaya ikan di Kalurahan Banjarharjo. Potensi ekonomi yang cukup besar mengalir ke desa dan berpeluang untuk bisa dikembangkan lagi.
Bibit dan Pakan Bermutu Baik
Ketua Pokdakan “Alam Tirto” Padukuhan Duwet II, Mukhamat Karir, menjelaskan budidaya ikan lele di kelompoknya dan semua kelompok yang tergabung di KSPP Mina Mitra Banjarharjo menggunakan bibit dan pakan bermutu bagus. Selain itu juga manajemen air yang baik.
Dengan bibit dan pakan bermutu bagus serta manajemen air yang baik, maka produksinya akan maksimal. Setiap kolam bulat ditebar 2.500 bibit lele dan hasil panennya 2 sampai 2,7 kuintal. Keuntungannya setiap satu kilogram lele bisa mencapai antara Rp 3.000 sampai Rp 4.000.
Namun yang menjadi kekhawatiran Mukhamat Karir dan juga petani ikan lainnya, soal kestabilan air. Selama ini pokdakan di Kalurahan Banjarharjo mengandalkan suplai air dari selokan Mataram. Padahal setiap bulan ada satu hari aliran Selokan Mataram dimatikan. Kemudian setiap tahun pada akhir Juli, Selokan Mataram dimatikan selama 2 minggu.
“Jika aliran air di selokan dimatikan satu hari tidak begitu masalah, tetapi jika mati dua minggu, maka akan berpengaruh buruk pada budidaya ikan lele di Banjarharjo,” ujar Mukhamat Karir, yang juga Ketua Asosiasi Pokdakan Kulonprogo.
Makanya KSPP “Mina Mitra” Banjarharjo dipusatkan di Padukuhan Duwet II yang dekat dengan Kali Progo. Sehingga jika air Selokan Mataram dimatikan sampai dua minggu, maka air kolam bisa diisi air dengan cara memompa air atau menaikkan air dari Kali Progo dengan pompa.
Lurah Banjarharjo Susanto berharap meningkatnya produksi ikan lele di KSPP “Mina Mitra” Banjarharjo mendorong masyarakat untuk kreatif atau berusaha mendapatkan penghasilan dari ikan lele. Misalnya menjadi pedagang ikan, membuat olahan makanan dengan bahan baku ikan lele, atau menjadi pemasar ikan lele dengan memanfaatkan teknologi informasi.
Sehingga banyaknya produksi ikan lele dari KSPP “Mina Mitra” memacu warga Banjarharjo untuk kreatif, berdaya saing, dan menggerakkan perekonomian di Banjarharjo, Kalibawang, Kulonprogo. Dengan produksi ikan lele yang melimpah, masyarakat Banjarharjo merasakan sejahtera bersama. (Ono)