Pari Kembangkan Rantai Distribusi Pertanian Melalui Kerja Seni dan Kreativitas

Rumah Kopi Lumbung Mataram, Purbayan, Kotagede (Foto: SAR/Wiradesa)

KOTA YOGYA – Usai menjadi pembicara di acara talkshow diskomfest yang digelar mahasiswa Instutut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Anang Saptoto, dihampiri oleh beberapa pihak, termasuk dari media. Saat ditemui pada Sabtu, 10 April 2021 di Rumah Kopi Lumbung Mataram, Purbayan, Kotagede, ia yang akrab disapa Anang mengungkapkan, Panen Apa Hari Ini (Pari) merupakan kios hasil panen yang digagas secara online. Sebagai penggagas ide, lanjut Anang, Pari merupakan bentuk kerja sama antara seni dan pertanian.

Selain itu, Pari akan melebarkan jaringan ke para petani di berbagai wilayah. Untuk saat ini, masih berfokus di kelompok pertanian Kota Yogyakarta dan Kulonprogo.

Tentang Panen Apa Hari Ini

Anang berharap, kerja sama yang terjalin bisa menjadi ruang belajar sekaligus membuka wawasan seputar pertanian dan ruang hidup bersama. Upaya-upaya yang dilakukan Pari ialah mengembangkan rantai distribusi pertanian melalui kerja-kerja seni dan kreativitas. Selain itu, Pari bercita-cita mampu saling memberdayakan dan bersama-sama mewujudkan ketahanan pangan lokal.

Mulanya, gagasan Pari dikerjakan di awal masa pandemi sekitar April 2020. Menggandeng petani maupun kelompok tani, ungkapnya, Pari merupakan wujud dari keresahannya terhadap isu-isu pangan dan pertanian.

Menurut Anang, pertanian kerap menghadapi banyak persoalan. Entah gagal panen, harga anjlok saat panen melimpah, penggusuran lahan, dan sebagainya.

Anang sangat menyayangkan jika kegiatan pertanian tidak direkam, didokumentasikan, dicatat, maupun dipotret dari sebelum munculnya beragam persoalan terkait pertanian. Dalam hal ini, Pari bertujuan membangun narasi seputar aktivitas pertanian.

Baca Juga:  Kopi Japan (2): Mutiara Hitam Tersembunyi

“Semisal di wilayah mana atau kelompok tani mana sedang menanam dan membudidayakan apa, membuat produk apa, menurut saya itu penting untuk diinformasikan ke publik,” jelasnya.

Tak berhenti di situ, Anang juga akan sangat senang, jika idenya bisa membuat pihak lain tergerak turut melakukan kerja sama dengan para petani atau kelompok tani.

Mengenai Pari, tutur Anang, kurang tepat jika dilihat sebagai marketplace semata. Sebab, meskipun Pari mendistribusikan hasil pertanian, tujuan utamanya menginformasikan seputar aktivitas pertanian.

Selain itu, Anang juga turut menghubungkan kelompok tani yang ada di kota maupun kabupaten dengan kelompok tani lain maupun pihak luar lainnya. Termasuk dengan kalangan akademisi.

Sejauh ini, Anang kerap melakukan kolaborasi dengan Kelompok Wanita Tani (KWT). Anang juga sangat menghargai inisiatif dan peran perempuan dalam bidang pertanian. Ia juga mengakui peran dan suara para perempuan tersebut sangat penting dalam pengambilan keputusan secara kolektif.

Kolaborasi dengan Kelompok Pertanian

Anang mengungkapkan, yang dibutuhkan warga kelompok tani, terutama yang ada di kota, tidak sebatas finansial hasil pertaniannya, melainkan apresiasi maupun dokumentasi atau semacam ekspos yang berkaitan dengan banyak pihak.

“Saya pernah merekomendasikan ke pemerintah kota (Pemkot), justru yang diperbanyak itu catatan atau pendokumentasiannya. Di sini nanti, Pemkot bisa bekerja sama dengan media massa yang ada di kota ini. Semisal meminta suatu media untuk menyediakan kolom khusus seputar aktivitas pertanian di kota,” urainya.

Baca Juga:  Polres Purbalingga Gelar Sosialisasi Alokasi Anggaran Tahun 2022

Anang juga menyayangkan jika keberadaan kelompok pertanian kurang terekspos di kalangan publik. Kelompok tani di Kecamatan Kotagede, terang Anang, kurang lebih ada 30 kelompok. Sedangkan di Kota Yogyakarta sendiri, mencapai 300-an kelompok. “Justru menarik ketika ini diinformasikan peristiwa atau aktivitasnya,” ucapnya.

Produk dan Proses Distribusi Pari

Selama ini, Pari mendistribusikan hasil pertanian yang didapat dari petani maupun kelompok tani secara online. Kemudian, setiap seminggu sekali, mengeluarkan e-katalog yang disebarkan melaui akun media sosial. Lalu, membutuhkan waktu sekitar dua minggu, untuk menunggu daftar pembeli yang memesan produk pertanian tersebut.

Ketika list pembeli sudah terkumpul, Pari akan mencarikan barang pesanan di kelompok-kelompok tani Kota Yogyakarta maupun Kulonprogo yang menyediakan.

Selain sayuran dan buah-buah segar, juga menyediakan produk olahan dalam bentuk merchandise. Seperti poster, kaos, stiker.

Dalam pembelian sayur maupun buah, Pari melayani eceran. Mereka juga memfasilitasi pengantaran gratis untuk wilayah kota. “Kalau sampai kabupaten, kita Cash On Delivery (COD) saja. Kalau perlu, bisa langsung di kelompok,” imbuh Anang.

Terkait konsep ketahanan pangan, menurut Anang, yaitu bagaimana sebagai individu atau kelompok masyarakat bisa memperoleh sumber pangan dengan mudah. Termasuk dalam hal jarak maupun kemudahan akses. “Yang tadinya harus beli kiloan kalau di pengepul karena nggak boleh eceran. Selain itu jauh. Kalau di Pari itu semua bisa diretas. Jarak dibikin mudah, pendistribusian dibuat free dan diberikan fasilitas pengantaran secara gratis,” tambahnya.

Baca Juga:  Pegawai RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Berwisata ke Dieng: Satu Hari Sebelum Kawah Sikidang Ditutup Total

Namun, Anang juga mengakui, terkait harga tentu berbeda. Sebab, Pari lebih memilih mengambil barang dari UMKM yang mendistribusikan produk dari lahan kelompok pertanian mereka. “Upaya ini untuk menghargai inisiatif-inisiatif yang terjadi di masing-masing kelompok. Misalnya kalau ada kelompok yang melalui UMKM, saya lebih memilih lewat pintu tersebut,” lanjutnya.

Hal itu dilakukan Anang, salah satunya untuk menggerakkan roda perekonomian di masyarakat. Yang lebih penting dari sebatas cita-cita kolektif, bagi Anang ialah konsistensi.

Pari dan Ruang Geraknya

Setahun perjalanan menyatukan ruang seni dalam pendistribusian hasil pertanian, kata Anang, Pari bisa menjalin kerja sama dengan pihak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan banyak pihak lain, baik dari Taiwan, Sidney, Melbourne, Australia, maupun Korea.

Sebagai seniman, selain membangun jejaring dengan para seniman yang ada di dalam negeri, Anang juga tetap melebarkan jaringan ke luar negeri. Tak berhenti di situ, terkadang Pari melakukan kolaborasi atau membuat proyek dengan instansi maupun NGO.

“Secara regular, sebenarnya ya gitu-gitu saja. Hasil di setiap proses distribusi diputar terus agar usaha tetap jalan. Muter saja kayak keong, gitu. Tapi begitu ada grant, langsung menggelembung besar,” paparnya kemudian.

Sebelum mengakhiri percakapan, kata Anang, ia merasa sudah cukup dengan apa yang telah diupayakan Pari. Namun, ketika ada kesempatan bekerja sama dengan pihak lain, Anang akan mengerjakan secara serius. “Harapannya, selalu bisa konsisten,” pungkasnya. (Septia Annur Rizkia)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *