KEBUMEN – Kreasi lukis tampah tengah dikembangkan Karang Taruna (Karta) Tunasjaya, Desa Jatimulyo, Kecamatan Petanahan. Memanfaatkan produk lokal asli desa, pemuda terus berupaya untuk inovasi, menciptakan karya, menjaga kearifan lokal desanya.
“Melukis di media tampah memang inisiatif berasal dari Karta Tunasjaya. Medianya juga menggunakan tampah produk yang ada di sekitar lingkungan desa. Bagaimana nanti pemasaran atau apapun nanti hasilnya ke depan, yang penting saat ini mulai berbuat sesuatu. Prinsipnya, kuat tandangi ora kuat pikir keri,” kata Sabit Banani SH, Kepala Desa Jatimulyo kepada wiradesa.co, Selasa, 10 Agustus 2021 di salah satu markas yang digunakan untuk melukis oleh para pemuda.
Karya lukisan, ucap Sabit, hasil intuisi dari para pemuda. Rencana ke depan, hasil karya ini memang akan dipasarkan, tetapi saat ini tengah fokus mengikuti kontes.
Begitu pun yang dikatakan Ketua Karang Taruna, Tunasjaya, Jatimulyo, Mohammad Irfangi. “Kontes yang tengah kami ikuti yakni Seni Kreasi Tangan (SKT) yang diselenggarakan oleh 76 Heppiii Comunity,” jelasnya.
Ide melukis pada media tampah muncul begitu saja. Melihat limpahan produk lokal yang ada di Dusun Karajiwan dan sekitarnya yaitu tampah berbahan komponen alam anyaman bambu. Karajiwan juga merupakan salah satu dukuh yang ada gapura bertuliskan Kampoeng Anyaman. Seluruh warganya mayoritas mengolah bambu.
Akhirnya, terpikir untuk membuat lukisan pada bidang kerajinan tersebut. Lewat media tampah, pemuda setempat berupaya bersama membuat karya yang bernilai seni. Maka kemudian lahirlah kreasi seni menggunakan media tampah dengan motif dan corak beragam.
Motifnya dibuat tanpa sketsa. Proses lukis dilakukan dengan menuangkan cat minyak ditambah dengan sedikit cat air lalu menggoreskannya menggunakan kuas layaknya melukis pada kanvas. Lukisan berupa pemandangan, burung ataupun juga lukisan mural yang dikreasikan di tampah bertuliskan 76 merdeka heppiii. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu karya biasanya satu hari.
Irfangi berbagi cerita tentang hasil lukisan pemuda karang taruna. “Kami di sini pada dasarnya saling berbagi ilmu bersama. Selain itu, kami juga menjembatani teman-teman yang mempunyai keterampilan dan ingin belajar berkarya bersama,” ucap Irfangi. Tidak mau hanya sekadar bicara, ketika ide membuat lukisan muncul, dia memikirkan cara untuk mengembangkan lebih lanjut.
“Saya ikut melukis, saya juga ikut memberikan goresan untuk berkarya,” ungkapnya. Saat kumpul melukis bareng mereka menyelingi dengan obrolan ataupun sembari melihat konten-konten positif sehingga suasana tidak membosankan. “Harapannya, pemuda semakin melangkah dan berkiprah untuk desa. Berekspresi dan terus menggali potensi yang ada,” pungkasnya. (Nur Anggraeni)