YOGYAKARTA – Himpunan Mahasiswa Pascasarjana (HMP) UGM menggelar Seminar Nasional (Semnas) daring bertajuk “Peran Pemuda dalam Pembangunan Desa dan Daerah Tertinggal” pada Sabtu (3/10/2020). Semnas ini merupakan bentuk kepedulian HMP pada pembangunan di pedesaan dan kawasan daerah tertinggal.
Pembicara kunci, Dr (HC) Drs H Abdul Halim Iskandar MPd, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi RI menyampaikan, kondisi desa sekarang banyak berubah akibat pandemi Covid-19. Hal itu utamanya berdampak pada penggunaan dana desa.
Menurut Halim, kondisi pandemi yang tidak dapat dihindari ini memaksa terjadinya realokasi dan refocusing terhadap dana desa. Beberapa fokus tersebut terkumpul dalam program-program yang di antaranya adalah pembentukan desa tangguh dan desa aman Covid-19, padat karya tunai, dan bantuan langsung tunai.
“Ketiga program tersebut juga berdasarkan arahan dari Kemendesa. Hal itu karena kami menyadari bahwa untuk bisa selamat dari kondisi kritis ini perlu dimulai dari unit terkecil di masyarakat. Diperkirakan sebesar 41 T akan digunakan untuk bantuan desa hingga akhir tahun nanti. Harapannya bantuan ini dapat menyelesaikan permasalahan di desa,” terangnya.
Halim menjelaskan, untuk 2021 desa akan kembali difokuskan untuk meneruskan pembangunan berkelanjutan yang merupakan turunan dari Perpres No. 59 Tahun 2017. Perpres yang merupakan turunan dari ide-ide SDGs itu sendiri diturunkan lagi implementasinya ke tingkat desa.
“Kami merumuskan semacam SDGs itu untuk desa. Isinya sama tetapi terdapat satu tambahan goals baru, yakni tentang kearifan lokal dan kehidupan religiusitas masyarakat desa. Hal ini bertujuan agar target pembangunan jelas sehingga terwujud desa tanpa kemiskinan dan kelaparan. Dengan melihat tujuan tersebut akan mudah dibayangkan apa yang harus desa lakukan,” paparnya.
Sementara itu, Ganjar Pranowo, yang juga hadir sebagai pembicara kunci, menyebut bahwa pengembangan dan pembangunan desa tidak melulu hanya bisa dilakukan oleh pemerintah saja. Ia menunjuk para peserta yang merupakan para akademisi muda juga dapat turut berperan untuk memecahkan kemiskinan di desa dan daerah-daerah tertinggal.
Ganjar menyebut hal itu sudah dibuktikan oleh para anggota Kagama dengan berbagai latar belakang akademiknya telah banyak menciptakan kegiatan yang tidak hanya bersifat temporer semata. Melainkan, mereka membuat kegiatan yang lebih terprogram, berjangka menengah atau panjang, dan berkelanjutan untuk membantu pengembangan dan pembangunan desa.
Oleh karena itu, Ganjar mendukung para pemuda untuk melakukan hal serupa. “Kalian bisa mulai dengan menjalin kerja sama di antara kalian sendiri. Kemudian baru memanfaatkan kualitas kalian untuk membantu pemberdayaan masyarakat di desa dan daerah tertinggal dengan pelatihan-pelatihan keterampilan, pelatihan kader-kader, serta pelayanan publik,” ujar Ketum PP Kagama ini.
Ganjar memberi masukan beberapa strategi yang bisa digunakan untuk melancarkan upaya tersebut.
“Pertama, manfaatkan arena-arena strategis dalam pengambilan keputusan desa. Kedua, libatkanlah aktor-aktor yang selama ini termarginalisasi untuk mewujudkan corak keputusan yang berkeadilan. Ketiga, angkatlah isu-isu dalam dokumen kebijakan yang memprioritaskan semangat kesetaraan. Terakhir, buatlah terobosan afirmasi yang menumbuhkan kepekaan keadilan,” pungkasnya. (Sukron)