Produk Anyaman Bambu Jatimulyo Masuk Pasar Online

Suparyati bersama displai produk anyaman bambu di rumahnya. (Foto: Wiradesa)

KEBUMEN – Kemampuan menciptakan aneka produk anyaman kreatif berbahan dasar iratan bambu belum banyak dikuasai para perajin di Desa Jatimulyo, Kecamatan Petanahan. Dari keseluruhan 120 perajin, baru seperlima yang mahir mengerjakan aneka pesanan macam hampers, kap lampu, tampah kotak, tempat botol, wadah snack, lampion.

Pesanan berbagai produk anyaman dengan kreasi desain kekinian dikatakan Suparyati –pengepul sekaligus merangkap bagian pemasaran serta promosi via online, datang dari berbagai wilayah. “Kami mengirim aneka produk anyaman ke sejumlah kota. Bali, Semarang, Bandung. Promo memanfaatkan Facebook dan WhatsApp serta marketplace,” tutur Suparyati, Sabtu 7 Januari 2023.

Di desanya, Suparyati selain menganyam sendiri bersama suaminya, Sutoyo juga merangkap sebagai pengepul. “Hari ini kirim pesanan sebanyak 80 tas keranjang kecil ke Bali,” jelasnya.

Sebagai perajin dan pengepul, Suparyati mengaku harus banyak belajar. Menangani pesanan dan pemasaran online, membutuhkan penanganan khusus. Dia mencontohkan salah satu yang terlihat sepele namun bisa berisiko besar bila lalai yakni dalam mengemas barang pesanan. “Dulu seperti warga lain. Produk standar umumnya bikin besek, lambaran caping. Tapi sekarang pesanan aneh-aneh. Sebutlah boks kue, rantang, tempat tumpeng, kap lampu. Dalam mengemas tentu saja harus hati-hati. Barang harus kering. Pakai plastik transparan dilakban. Pernah kirim pakai karung ternyata sampai tujuan barang rusak,” paparnya.

Baca Juga:  Batik Pajjar, Batik Khas Desa Ging-Ging

Ramai tidaknya pesanan, lanjutnya, tak selalu sama. Beberapa waktu sempat banyak pesanan boks kue, rantang dan tempat tumpeng serta kap lampu, sekarang agak sepi. “Ini baru kirim namun belum ada pesanan masuk lagi,” sambungnya.

Pesanan masuk, bila tak sanggup dikerjakan sendiri akan dilempar ke grup atau kelompok. Satu pekerjaan, Suparyati mengambil margin untung Rp 500-1000 per item barang. “Kalau pesanan banyak agar pengerjaan tepat waktu memang harus oprak-oprak yang lain. Repotnya bila detlen cepat kadang penjemuran iratan bambu belum kering. Pernah barang berjamur ketika sampai tujuan,” jelas Suparyati. (Sukron)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *