NGAWI – Melalui akun media sosial pribadi, Dyah Retno Utami, tak pernah bosan memposting produk minuman herbal Shedaya buatannya. Shedaya produk minuman herbal yang terbuat dari jahe dan gula murni.
Menurut penuturannya, Shedaya berasal dari kata ‘she’ dan ‘daya’. She berarti dia perempuan, sedangkan daya ialah dorongan. Dengan label tersebut, perempuan yang kerap disapa Dyah berharap, hadirnya Shedaya bisa memberikan dorongan kepada perempuan-perempuan desa untuk mengembangkan diri, berdaya, dan berdikari.
Motivasi membangun usaha mandiri tak sebatas untuk mencari keuntungan pribadi. Melainkan lebih kepada keinginan membentuk kewirausahaan sosial. “Juga buat ngisi waktu supaya bisa lebih produktif dengan memproduksi olahan jahe. Sekaligus menambah pemasukan di tengah pandemi,” lanjutnya.
Keresahannya bermula dari mata pencaharian warga desa tempat ia dibesarkan di Wonokerto Kedunggalar, Ngawi, mayoritas sebagai petani. Namun, dari populasi yang ada, warga tani didominasi kaum laki-laki atau bapak-bapak. Sedangkan perempuan lebih ditempatkan di ruang domestik.
Selain itu, banyak pula para buruh tani yang belum tentu bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Sedangkan, panggilan pekerjaan tak selalu ada setiap saat.
Dyah bercerita, besar keinginannya untuk bisa bermanfaat bagi sekitar. Salah satu impian alumni UIN Sunan Kalijaga yang pernah berkuliah di bidang pemberdayaan masyarakat, ialah bisa dekat dengan masyarakat.
Tak pelak, usai lulus sarjana anak pertama dari tiga bersaudara tersebut mengaku merasa memiliki tanggung jawab sosial yang harus dikerjakan. Sebab, semasa kuliah di Yogyakarta, Dyah turut andil dalam kegiatan sosial pendampingan dan pemberdayaan masyarakat . “Masak bekerja buat masyarakat yang dekat dengan lingkunganku malah enggak bisa,” tuturnya lewat telepon seluler, Selasa, 2 Maret 2021.
Dia berharap usaha yang baru dirintis pada akhir 2020 bisa berkembang dengan baik. Kemudian, bisa meningkatkan ekonomi, kemampuan, maupun kreativitas perempuan atau ibu-ibu desa. “Sebenarnya kan, ibu-ibu ini punya potensi, hanya saja karena mereka belum ada yang mengarahkan dan membimbing. Jadi ya, potensi yang ada di masing-masing diri mereka belum tersalurkan dengan semestinya,” terang Dyah.
Intonasi suara yang dikirimkan melalui Voice Note WhatsApp terdengar penuh harapan dan keoptimisan untuk bisa berdaya dan saling memberdayakan. “Kalau nanti sudah berkembang, kan butuh bahan produksi yang banyak, terutama jahe. Harapannya nanti, bisa memberdayakan ibu-ibu lewat bantuan pemerintah desa untuk menganjurkan setiap rumah menanam jahe antara 5-10 pot. Dengan begitu, kalau sudah panen, bisa dijual ke saya,” jelasnya.
Sedangkan untuk perempuan atau ibu-ibu muda, Dyah berharap mereka menjadi bagian dari reseller produk Shedaya. Komisi yang didapatkan berasal dari hasil tiap penjualan. Sementara untuk ibu-ibu yang sudah tua maupun lansia, bisa dengan menanam jahe dan membantu proses produksi. “Dengan bergabung di produksi Shedaya, setidaknya ibu-ibu ini bisa turut meningkatkan ekonomi rumah tangga. Kemarin sudah ada omongan juga ke ibu sekretaris desa. Paling tidak, suatu saat nanti bisa terealisasi di tempat saya tinggal,” ungkapnya kemudian.
Perempuan yang pernah merantau ke Kalimantan selama kurang lebih setahun ini mulai aktif memproduksi Shedaya sejak 18 Desember 2020. Kata Dyah, produksi pertama masih terhitung percobaan, yakni 10 bungkus. Kemudian menjadi 17, lalu 30, dan produksi terakhirnya sudah di atas 60 bungkus.
Karena masih tahap rintisan, proses produksi minuman herbal yang terbuat dari jahe tersebut, dipegang oleh Dyah dibantu keluarga. Melibatkan ibu dan kedua adik perempuannya.
Berkaitan dengan pemasaran produk, Dyah memulai dengan cara offline. Ia memperkenalkan produk tersebut di desa tempatnya tinggal. Bapak inisiator Shedaya juga turut membantu menjajakan produk minuman herbal tersebut dari satu tempat ke tempat yang lain.
“Enggak gratis ya. Ada komisi dari setiap produk yang dijual. Ini semacam bisnis keluarga. Soalnya yang bisa bantu dan percaya sama saya kan dari orang-orang terdekat, yaitu keluarga,” jawabnya. Seiring berjalannya waktu, Dyah juga mulai memasarkan Shedaya secara online.
Tidak berhenti di situ, Dyah juga sedang mengembangkan produk yang sama-sama terbuat dari jahe, dengan segmen anak-anak muda. Perkiraannya, produk baru tersebut akan segera launching pada Maret ini.
Alasan Dyah memilih produk yang bahan utamanya terbuat dari jahe karena dia suka minuman sejenis wedangan. Selain itu, bisa diproduksi sendiri dan mampu bertahan lama. Serta sebagai bentuk mengamalkan ilmu yang pernah didapat dari mata kuliah alih teknologi pemberdayaan masyarakat sewaktu masih di bangku perkuliahan. (Septia Annur Rizkia)