Student Interfaith Peace Camp 2022: Merayakan Keberagaman

Peserta SIPC 2022. (Foto: Wiradesa)

Young Interfaith Peace Community Yogyakarta kembali mengadakan kegiatan Student Interfaith Peace Camp (SIPC) pada 11 November – 13 November 22. Seperti halnya kegiatan YIPC lainnya, kegiatan ini bernuansa keharmonisan lintas iman dan pada SIPC ini bersifat living in selama 3 hari 2 malam di hotel Wijaya 2 Kaliurang. Kegiatan SIPC pertama kali dilaksanakan di tahun 2012, dan masih dilaksanakan hingga saat ini.

Sontiar Junita S Marpaung, selaku fasilitator dalam kegiatan SIPC kali ini mengutarakan, kor utama pada kegiatan ini yaitu Peace Value dan Interfaith Dialog. Selama kegiatan, peserta yang diisi oleh mahasiswa Islam dan Kristiani, berasal dari UIN Sunan Kalijaga, Universitas Kristen Duta Wacana, Sekolah Tinggi Teologi Injili Indonesia, dan Universitas Gadjah Mada. Selama SIPC para peserta yang berasal dari tempat, suku, ras, dan agama yang berbeda itu berkumpul menjadi satu dan berdialog secara lebih dekat mengenal satu sama lain.

Selama SIPC, para peserta mengikuti berbagai rangkaian sesi, diawali dengan sesi perkenalan dari para peserta dan fasilitator. Sesi ini bertujuan untuk membangun harmoni dan nuansa yang damai. Kemudian dilanjutkan dengan sesi berdamai dengan diri, dengan dibantu oleh fasilitator yang memfasilitasi ruang berdiskusi bagi para peserta. Hingga pada sesi-sesi lainnya seperti, sesi mengenal iman, mengatasi prasangka, klarifikasi prasangka, berdamai dengan Allah, menilik dan  mengenal dokumen A Common Word yang ditulis oleh para pemimpin agama di seluruh dunia, dan sesi-sesi lainnya.

Baca Juga:  Kasus Positif Covid-19 Turun Selama PPKM Level 4

Beberapa mahasiswa Studi Agama Agama UIN Sunan Kalijaga juga mengikuti kegiatan ini. “Sangat seru dan berkesan mengikuti SIPC ini, pengalaman pertama saya bertemu dan berdialog secara langsung dengan  saudara-saudara yang berbeda. Terlebih menginap beberapa malam, jadi tahu rasanya dibangunkan subuh sama orang Katolik,” ujar Fahril Akbar, mahasiswa Studi Agama-agama yang mengikuti kegiatan ini.

Dalam salah satu sesi acara, terdapat dialog mengenal iman antar peserta. Dalam sesi ini para peserta bertanya dan menjawab tentang keimanannya satu sama lain. Peserta Muslim bertanya pada Peserta Kristiani, dan sebaliknya. Ini merupakan sesi yang paling menarik menurut Mauladuddin, mahasiswa UIN Sunan Kalijaga jurusan Ilmu Alqur’an dan Tafsir yang menjadi salah satu peserta. “Di sesi ini saya jadi bisa tau Kristen yang sebenarnya, dan menghilangkan prasangka-prasangka terhadap Kristen. Dengan mengenali iman satu sama lain, bukan untuk berpindah keimanan atau agama, malah kita dapat memahami dan menyelami lebih jauh keimanan dan agama kita sendiri,” papar Mauladuddin.

Menurutnya, toleransi bukan hanya berhenti pada teori-teori saja, melainkan aksi konkret. Pergulatan antar umat beragama di Indonesia dewasa ini mengalami perkembangan seiring dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat, perjumpaan antar umat  beragama seperti dalam SIPC merupakan cara untuk menanggulangi konflik yang terjadi antar umat beragama khususnya umat Islam dan Kristiani yang mempunyai sejarah yang cukup panjang di Indonesia. Forum SIPC dan forum-forum YIPC lainnya mengajak kita untuk lebih menilai perbedaan sebagai suatu yang patut dirayakan sebagai anugerah dari Tuhan.

Baca Juga:  Tim Gepo Energy Raih Juara di Ajang Pertamuda

Seperti yang dipaparkan oleh Ahmad Salahuddin Mansur, salah satu fasilitator di SIPC. “Forum-forum ini adalah forum perjumpaan awal, sebelum kemudian kita dapat bersatu dalam satu kepentingan bersama yang perlu untuk diperjuangkan Bersama,” kata Ahmad Salahuddin Mansur. Nilai-nilai perdamaian seperti yang diterapkan dalam SIPC ini diharapkan dapat mengubah persepsi dalam masyarakat secara luas khususnya di kalangan muda atau mahasiswa, guna mewujudkan harapan perdamaian di Indonesia. (Ahmad Nanang Nurfadilah)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *