KULONPROGO – Bisnis bambu telah lama digeluti Ruyono. Jauh sebelum ia sukses dengan bisnis bambu panel memenuhi permintaan pembeli mancanegara, seperti dari Australia dan Jerman.
“Produksi bambu panel memang baru 2015. Tapi sebelum 2007/2008 sudah dagang bambu. Jualan bambu lonjoran. Memasok kebutuhan para perajin di Cebongan,” kata Ruyono mengisahkan perjalanan usaha yang dirintis dari rekoso.
Jualan bambu lonjoran, Ruyono yang punya nama kondang Heru Kuncoro di akun Facebook menceritakan, dirinya pada masa itu harus menyewa truk. Agar tak mati di ongkos sewa, satu truk harus diisi bambu hingga penuh. Berbeda dengan usaha saat ini, Ruyono lebih tenang lantaran sudah punya dua unit truk diesel pengangkut bambu ditambah beberapa unit pick up guna menunjang operasional kulak bahan baku bambu wulung dan bambu apus.
“Saya kulak bambu sudah ke pedagang. Kulak di sekitar Kulonprogo dan Purworejo. Sebagian lagi dari Magelang. Satu hari paling tidak harus tersedia 800 satuan bambu. Ukuran panjang 2 meter, 1,8 meter dan 2,4 meter,” ucap Ruyono kepada wiradesa.co saat ditemui di lokasi perakitan panel bambu di Krebet, Tuksono, Sentolo Kulonprogo, belum lama ini.
Menurut Ruyono, bambu panel menurut pembeli, di luar negeri dipakai sebagai material pagar. Di tempat produksi, proses pengolahan bambu dikerjakan borongan oleh 16 orang pekerja. Proses pengerjaan, bambu yang telah dipotong sesuai ukuran standar kebutuhan harus dicuci bersih lalu dijemur kurang lebih selama 15 hari. Bambu yang telah kering akan terasa lebih enteng saat diangkat. Berikutnya, bambu dibelah manual. Bakal tunas dilepas, debu bagian dalam dibersihkan. Setelah terbelah dua, masih dikeringkan sekitar dua hari. Kemudian bambu belah dirangkai dengan reng diikat pakai ijuk, diperkuat pakai baut. Panel dibikin lebar satu meter. Agar tak cepat rusak, bambu disemprot obat antijamur, antibubuk dan disemprot akrilic plitur. Tahap berikutnya, dikeringkan tiga hari.
“Bambu panel yang sudah rampung dikerjakan dikumpulkan. Setelah terkumpul 700 lembar panel baru dikirimkan,” imbuhnya. Proses sampai kepada konsumen ada yang diambil pakai kontainer ada pula yang mesti diantar ke perusahaan yang akan mengirim ke luar negeri dengan ongkos kirim ditanggung perusahaan.
Sukses bisnis bambu panel, Ruyono yang juga aktif di Forum Peduli Kulonprogo (FPKP) terbilang entengan pada sejumlah kegiatan sosial kemasyarakatan seperti aksi bedah rumah warga miskin tak layak huni. “Meski order menurun akibat ongkos kontainer mahal, tetapi sesepi-sepinya tetap ada order. Kalau soal kegiatan sosial bedah rumah memang berupaya turut berpartisipasi sesuai kemampuan. Hanya saja kegiatan bedah rumah saat ini terhambat akibat pendemi. Namun, selain lewat FPKP terkadang juga berdonasi lewat kegiatan bedah rumah yang digalang grup Facebook yang saya ikuti,” ujar Ruyono. (Sukron)