Sumirah: Menenun Stagen, Entaskan Lima Anak

 Sumirah: Menenun Stagen, Entaskan Lima Anak

Foto: wiradesa

KULONPROGO – Menenun stagen masih dijalani Sumirah (75). Setidaknya, saban hari warga RT 14 Padukuhan Ploso Kalurahan Banguncipto, Sentolo ini menyelesaikan tenunan stagen sepanjang 10 meter.

“Pertama kali mengenal tenun stagen pada 1973. Dulunya tak bisa menenun, dolan ke tetangga yang bisa dan diajari. Terus menenun stagen sampai sekarang,” kata Sumirah, di Sabtu 4 Maret 2023.

Pekerjaan menenun stagen tak sehari penuh ia jalani. Sepuluh meter stagen yang selesai seharian, pengerjaannya dicicil dan disambi dengan aktivitas lain; merapikan rumah, mencuci pakaian, masak dan memberi pakan ternak sapi dan kambing.

“Tiap hari menenun stagen. Pagi banget mulai sampai pukul 08.00. Lanjut masak, nyuci. Siang menenun lagi. Pukul 13.00 istirahat. Kalau sore nggak bisa. Sore mencari rumput, memberi pakan ternak,” imbuh Sumirah.

Sumirah mengatakan, sebagai penenun ia bukanlah juragan tetapi sebagai buruh. Pemberi pekerjaan atau ia sebut juragan mengantar bahan benang satu rol untuk stagen sebanyak 36. Tiap satu stagen sepanjang 10 meter, Sumirah beroleh upah lelah Rp 5 ribu. Pembayaran uang lelah diterima tiap bulan. “Satu stagen dapatnya Rp 5 ribu. Bisa dihitung sebulan menyelesaikan 36 stagen. Pekerjaan menenun tidaklah berat. Tak harus panasan. Masih bisa disambi dengan pekerjaan lain,” tuturnya.

Mengenai pemenuhan kebutuhan sehari-hari, Sumirah banyak bergantung dari hasil pertanian sawah. Dari sawah miliknya, setiap panen ia dapat memperoleh enam kuintal gabah. Sedangkan ternak ia merawat dua kambing. “Saya punya dua kambing. Sapi ada satu milik anak. Dua kambing lain juga milik anak,” jelasnya.

Sumirah ibu lima anak dan nenek dari 10 cucu mengatakan, meski hanya bekerja sebagai petani dan penenun serta pemelihara ternak, ia mengaku bersyukur. Kelima anaknya sudah mentas. Semua lulus SMA dan STM. “Dulu saat menyekolahkan anak pokoknya paitan. Bapaknya glidik (kerja kepada orang lain) ke mana-mana. Saya menenun stagen. Sekarang anak-anak sudah mapan semua. Tiga merantau dua orang tinggal di sini,” ujarnya.

Baca Juga:  Berdayakan Ekonomi Lewat Kerajinan Rajut

Sumirah menambahkan, penghasilan sebagai penenun masih ada sedikit tambahan dari pengelola wisata desa setempat yang membawa rombongan turis menggunakan sepeda kuno dan melihat kesibukannya menenun. Dari pengelola wisata desa dia beroleh pemasukan tambahan antara Rp 50 ribu hingga Rp 150 ribu secara berkala.(Sukron)

Sukron Makmun

Artikel Terkait

Tinggalkan Komentar

%d blogger menyukai ini: