KEBUMEN – Seminggu Ramadan, Karang Taruna Desa Logede bekerjasama dengan Rumah Inklusif Kebumen serta Komunitas Kebumen Berbagi (KKB), menggelar silaturahmi, buka bersama (bukber) disertai terapi okupasi bagi penyandang disabilitas di Desa Logede, Pejagoan, Kebumen.
Turut hadir Kepala Desa Logede Imdad Durokhman SE, Pendiri Rumah Inklusif Kebumen Muinatul Khoiriyah, Perwakilan KKB, mahasiswa dari Poltekkes Surakarta, Karang Taruna Logede serta keluarga difabel di lingkungan wilayah Desa Logede.
Kepala Desa Logede, Imdad Durokhman SE menyambut baik acara yang digelar di Balai Desa Logede. Ia berharap, terapi okupasi akan membawa manfaat bagi mereka yang membutuhkan. “Semoga setelah acara ini berlangsung masih terjalin hubungan baik dan bisa saling bekerjasama,” ucap Imdad.
Pendiri rumah inklusif Kebumen Muinatul Khoiriyah menjelaskan, kegiatan di Logede mengingatkan reuni kenangan di desa. Ditambahkan Muin, berdasarkan data yang dia ketahui jumlah anak difabel di Logede sekitar 17 anak. “Para orang tua yang mempunyai anak difabel hendaknya jangan takut dan minder. Tetap fokus merawat putra-putrinya agar kelak bisa menjadi anak yang sukses,” tuturnya.
Selanjutnya, Nafita dan Rahmalinda mahasiswa Poltekkes Surakarta menyampaikan paparan terapi okupasi bagi disabilitas. Terapi okupasi penting membantu disabilitas jadi mandiri. Sebab terapi okupasi membantu melatih aktivitas kondisi fisik dan melatih Asistensi Rehabilitasi Sosial (Atensi). Atensi merupakan program untuk rehabilitasi sosial. Program ini sifatnya layanan langsung terdiri dari pemenuhan kebutuhan dasar seperti terapi bicara, terapi okupasi, mental spiritual, psikososial dan keterampilan kewirausahaan. Adanya Atensi membuat anak-anak difabel lebih tereksplor untuk beraktivitas.
Pada sesi tanya jawab, salah satu orang tua menanyakan perihal kondisi putrinya. “Saya mempunyai anak cantik. Dia sudah bisa membaca dan menulis. Akan tetapi, memang menulisnya belum lancar. Nah, dia ini tak kuat duduk lama. Selang beberapa detik pasti akan jatuh dan rebahan. Kemudian kondisi tangan kanan juga tidak kuat. Kalau tangan kiri melempar bola jauh tapi kalau kanan tidak kuat Bagaimana cara untuk menanganinya?,” ujarnya.
Saran dari mahasiswa terapi okupasi tersebut sang anak diminta berdiri di hadapan cermin. Tangan kanan dan kiri ditelateni untuk memegang benda secara bersamaan. Kalau sering diterapi pasti akan terbiasa. Untuk kondisi duduk yang tidak kuat lama, disarankan untuk berlatih bersepeda. Tak hanya bersepeda saja, bisa juga dengan permainan tradisional anak. Harapannya agar anak bisa lebih nyaman untuk bermain. Jangan dikekang untuk bereksplorasi.
Pada akhir acara, ditutup dengan acara buka bersama keluarga difabel. “Semoga silaturahmi ini tetap terjalin. Sekali lagi jangan takut apabila ada orang tua yang dikarunia anak difabel. Setiap anak punya potensi dan keunggulan masing-masing. Biarkan anak-anak berkarya di tengah masyarakat,” tutup Suratman, Ketua Karang Taruna Desa Logede. (Nur Anggraeni)