GUNUNGKIDUL – “Konsep dalam pembangunan dan dalam berbisnis tujuannya bukan semata untuk meningkatkan kesejahteraan, tetapi juga untuk memeratakan hasil. Bagaimana agar apa yang didapat bisa dirasakan manfaatnya secara merata,” ujar Aminudin Aziz, pengelola wisata Wulenpari, saat ditemui pada Minggu, 18 April 2021.
Terletak di seberang sungai di Oya, Beji, Patuk, Gunung Kidul, wisata Wulenpari bisa dikunjungi. Selain menyajikan pemandangan alam yang lekat dengan aneka tanaman, view taman, ditambah sejumlah bangunan lawasan homestay, joglo, dapur ndesa serta kuliner khas, Aziz juga memunculkan inovasi baru. Paket tour wisata mengendarai mobil Volkswagen (VW).
Kepada para tamunya ia menawarkan paket wisata touring Patuk dan sekitarnya menggunakan mobil VW safari. Dengan ongkos seharga Rp 150.000/orang, wisatawan bisa mengunjungi sejumlah destinasi wisata Geosite Gunung Batur atau kawasan Patuk seperti Gunung Ireng, Gunung Api Purba, hingga kawasan wisata pembuatan topeng Bobung. Sekaligus dilengkapi fasilitas makan satu kali, snack, dan air mineral.
Dengan menerapkan konsep Tourism for Friendship, pendekatan yang diterapkan Aziz tak sebatas meraup keuntungan secara materi, tetapi ia juga membangun pertemanan. Baginya, dengan begitu, keuntungan yang didapat lebih banyak dibanding jika hanya hitung-hitungan secara materi. Termasuk idenya yang mencoba mengkoneksikan destinasi yang ada di Patuk, dengan menghadirkan mobil VW.
“Untuk bisa saling terkoneksi, wisatawan diatur datang ke Wulenpari terlebih dahulu, baru kemudian dilanjutkan ke pantai. Sehingga, tidak membuat kunjungan ke pantai-pantai terlalu padat pada jam-jam tertentu,” papar Aziz.
Bagi Aziz, tujuan pembangunan ialah untuk pemerataan. Termasuk dalam bebisnis, tak lain juga untuk memeratakan hasil. Bukan sekadar memperkaya diri. Berangkat dari keresehannya, semula, Aziz mengusulkan konsep destinasi serupa kepada pemerintah setempat. Namun, karena belum ada respons positif, Aziz tergerak mengeksekusi konsep tersebut.
Ada banyak keuntungan yang didapat, dengan berkeliling mengendarai mobil VW. Dimulai dari Wulenpari, para wisatawan bisa menikmati pesona wisata lainnya yang ada di Patuk. Dengan begitu, para wisatawan terbuka kemungkinan membelanjakan uangnya ke beberapa lokasi yang ada di Patuk. Sehingga, roda perekonomian masyarakat setempat turut berputar lebih merata. Wisatawan tidak hanya membelanjakan di satu destinasi.
Menurut Aziz, mulai Januari 2021, saat sebelum puasa, selalu ada tamu berkunjung menikmati destinasi wisata dengan mengendarai VW. Karena jumlah VW yang disediakan Wulenpari masih terbatas, pengunjung yang hendak menyewa mobil kuno tersebut juga dibatasi, terkadang harus rela bergantian. Sejauh ini, ada 3 mobil VW, dengan kapasitas penumpang sejumlah empat, empat dan tiga.
Para penumpang VW bisa bebas berhenti di mana pun untuk berswafoto, atau sekadar menikmati hamparan pemandangan. Jika ada antrean, durasi yang dibutuhkan per-sewa bisa 3-4 jam. Namun, ketika tidak ada antrean selanjutnya, wisatwan pada hari itu bisa diantarkan ke wisata yang ada di Patuk sepuasnya. “Kalau pas nggak ada antrean, ya bebas mau ke mana saja. Nggak ada cash tambahan,” ucap Aziz. Artinya, jelas Aziz, ia berusaha menempatkan diri sebaik mungkin guna menjalin pertemanan. Sebatas tidak rugi uang, tetapi lebih ke waktu, buatnya tidak menjadi persoalan.
Untuk bisa menikmati pemandangan yang indah dan asri, ungkap Aziz, jalur wisata VW yang dilewati bukan jalan utama. Melainkan jalur alternatif, yaitu persawahan, perbukitan, maupun hutan.
Imbuh Aziz, dengan dibawa ke teknisi kepercayaan, mobil VW-nya memperoleh perawatan mesin secara rutin. Jadinya, meskipun mobil tersebut kategori keluaran tahun tua (1973), tetapi kondisinya masih terbilang nyaman untuk diajak berwisata. (Septia Annur Rizkia)