GUNUNGKIDUL – Sejumlah warga di Salam, Patuk, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta menjalankan usaha pertanian terintegrasi skala rumah tangga. Kegiatan produktif ini, selain memenuhi kebutuhan pangan sendiri, juga bisa meningkatkan ekonomi keluarga dan mengatasi persoalan sampah.
Usaha pertanian terintegrasi ini, antara lain warga memelihara ikan lele, budidaya maggot, menaman sayuran, dan pengumpulan sampah rumah tangga. Seperti yang terlihat di pekarangan rumah Pak Edi di RT 6, ada kolam lele dari terpal, kandang lalat hitam (BSF), sejumlah media untuk menanam berbagai jenis sayur, dan dua tong untuk menampung sampah rumah tangga.
“Awalnya warga Salam hanya memelihara ikan lele dan sudah terbentuk kelompok lele Salam. Tapi belakangan banyak yang tertarik budidaya maggot,” ujar Kosdiana, instruktur budidaya maggot yang saat ini tinggal di Dusun Salam. Hasil dari budidaya lalat hitam atau yang keren disebut Black Soldier Fly menghasilkan larva maggot.
Produksi larva maggot itu oleh warga untuk pakan ikan lele. Jika awalnya lele diberi pakan pelet dengan harga yang mahal. Sekarang diberi pakan maggot, bisa menghemat biaya pemeliharaan sampai 60 persen. Jika sebelumnya habis dua sak pelet, sekarang setelah diberi maggot ternyata hanya kurang dari satu sak pelet.
Untuk pakan maggot menggunakan sampah rumah tangga. Jika sebelumnya sisa-sisa makanan itu hanya dibuang, sekarang dikumpulkan dalam tong untuk pakan maggot. “Sekarang ini di Dusun Salam banyak kepala keluarga yang memiliki dua tong sampah. Satu tong untuk sampah langsung dari keluarga, dan satu tong berisi sampah yang sudah dihaluskan,” jelas Kosdiana.
Sedangkan tanaman berbagai jenis sayuran ditempatkan di atas kolam lele. Ada bayam, seledri, terong, sawi, lombok, tomat, dan pare. Cara penanamannya memakai sistem hidroponik. Air dari kolam lele disedot memakai pompa, kemudian dialirkan melalui pipa-pipa untuk mengairi sayuran.
Selain Pak Edi juga ada beberapa warga Salam yang melaksanakan usaha pertanian terintegrasi, di antaranya Pak Yono, Pak Margono, Pak Tebe, Pak Narto, dan juga Pak RT. Mereka merencanakan Dusun Salam Desa Patuk menjadi sentra pertanian terintegrasi. Warga sudah sepakat untuk mempersiapkan tempat sebagai pasar penjualan lele, sayur, maggot, kuliner, dan berbagai produk warga Salam.
Apa yang dilakukan warga Salam mendapat dukungan Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT) Universitas Gadjah Mada (UGM). Karena masyarakat berupaya sendiri memanfaatkan pekarangan untuk mendukung kemandirian pangan keluarga. “Kami siap mendampinginya,” tegas Dr Ir Taruono MSc, Kepala PIAT UGM. (Ono)